TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah akan melakukan tahapan akhir divestasi 51 persen saham PT Freeport Indonesia (PT FI), Kamis (27/9/2018) sore di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jakarta Pusat.
Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN, Fajar Harry Sampurno menyebutkan Penandatanganan Sales and Purchase Agreement antara PT Inalum, PT Freeport-McMoRan Inc dan PT Rio Tinto Indonesia yang akan dilakukan ini merupakan tahap akhir dari Head Of Agreement (HoA) yang dilakukan 12 Juli 2018 lalu.
"Sudah tahap akhir, selesai, sebagai implementasi HoA yang ditandatangani beberapa waktu lalu," kata Fajar Harry kepada Tribunnews.com, Kamis (27/9/2018).
Pada HoA sebelumnya, Inalum siap membayar pembelian 51 persen divestasi saham PT Freeport Indonesia sebesar 3,85 miliar dolar AS melalui pinjaman 11 bank.
Sebelumnya, Fajar Harry Sampurno menyebutkan pemimpin pinjaman adalah bank asal Jepang, Bank Mitsubishi.
"Mitsubishi, itu dia yang atur. Nilainya, semua sindikasi. Mitsubishi itu lead-nya. Karena dia bunganya kecil, makanya dipilih jadi lead," ujar Fajar Harry di acara FMb 9, yang digelar di Wisma Nusantara, Jakarta Pusat, Rabu (1/8/2018).
Berdasarkan Head Of Agreement (HoA) sebelunnya antara Freeport dan Inalum pembelian saham Freeport senilai 3,85 miliar dolar AS, yang akan digunakan untuk membeli saham Rio Tinto di Freeport sebesar 3,5 miliar dolar AS, kemudian sisanya 350 juta dolar AS untuk membeli saham Indocooper di Freeport.
Rio Tinto mendapatkan jatah karena saat ini memiliki perjanjian usaha patungan untuk mengerjakan proyek Grasberg dengan Freeport McMoran.
Dengan partipasi tersebut, perusahaan tambang asal Australia itu berhak atas 40 persen hak partisipasi di aset tertentu dan 40 persen hak partisipasi untuk semua aset Grasberg hingga 2022 jika produksi emas, tembaga maupun perak mencapai level tertentu.
Setelah 2022 biaya produksi, pendapatan dan produksi Grasberg akan dibagi dua yakni PT FI 60 persen dan Rio Tinto 40 persen.