Laporan Wartawan Tribunnews.com, Syahrizal Sidik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Perusahaan produsen batu bara, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) bersama perusahaan mitranya menyepakati untuk mengkonversi transaksi bisnisnya yang selama ini menggunakan dolar Amerika Serikat menjadi Rupiah. Langkah itu dilakukan untuk memperkuat nilai tukar Rupiah.
Seperti diketahui, nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat melemah ke posisi Rp 15.065 per dolar AS atau telah terdepresiasi 11,31 persen sejak awal tahun ini.
Presiden Direktur Adaro Garibaldi Thohir mengatakan, langkah ini merupakan inisiatif Adaro untuk berperan aktif menggunakan dana devisa hasil untuk digunakan dalam negeri dalam bentuk rupiah.
Pria yang akrab disapa Boy Thohir itu mengaku, saat ini pembayaran dalam dolar AS Adaro ke mitra-mitranya cukup besar. Nilainya dalam setahun mencapai 1,7 miliar dolar AS atau setara Rp 25 triliun.
“Jadi dengan ini kita sama sama pembayaran transaksi yang tadinya dolar AS, kita sekarang bayar pakai rupiah. Nilainya setahun kita melakukan pembayaran 1,7 miliar dolar, kalau dikonversi ke rupiah, Rp 25 triliun,” kata Boy Thohir, Rabu (3/10/2018) di Kementerian Keuangan, Jakarta.
Baca: Kiai Maruf: Jokowi Membawa Zikir ke Istana, Setelah 70 Tahun Tidak Ada
Di tempat yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengapresiasi langkah Adaro untuk mengkonversi transaksi dolar dalam bentuk Rupiah.
“BI sudah mengeluarkan mandatori untuk transaksi dalam negeri harus pakai Rupiah,” jelasnya.
Sri mengharapkan, ke depannya, eksportir akan melakukan konversi devisa hasil ekspor untuk kebutuhan dalam negeri. “Kalau semua pihak, eksportir melakukan konversi devisa hasil ekspor untuk kebutuhan dalam negeri ini sangat membantu keseimbangan pasokan dan permintaan terhadap dolar,” tuturnya.