TRIBUNNEWS.COM, NUSA DUA - Dana Moneter Internasional ( IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Asia mencapai 5,6 persen pada tahun 2018.
Adapun pada tahun 2019, pertumbuhan ekonomi kawasan tersebut diprediksi mencapai 5,4 persen.
Dalam laporan Regional Economic Outlook Asia and Pacific edisi Oktober 2018 yang dirilis pada Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 di Nusa Dua, Bali pekan lalu,
IMF menyebut e-commerce merupakan salah satu mesin pertumbuhan ekonomi Asia. IMF memandang, e-commerce memiliki potensi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
"Bagi konsumen, e-commerce dapat diterjemahkan sebagai akses yang lebih baik ke lebih banyak produk dan layanan dengan harga yang lebih terjangkau, akhirnya mendorong konsumsi," tulis IMF dalam laporannya.
Adapun bagi korporasi-korporasi, e-commerce juga memberikan kesempatan bisnis baru dan akses yang lebih luas ke pasar.
Baca: Bos Samsung Optimsitis Ponsel Lipat Galaxy F Bakal Diterima Pasar
Pada akhirnya, kondisi ini akan menggenjot investasi. Sebuah analisis ekonometri yang dilakukan IMF menunjukkan, partisipasi di perdagangan online diasosiasikan dengan peningkatan total faktor produktivitas sebanyak lebih dari 30 persen di Asia.
Selain itu, terjadi pula peningkatan ekspor sebesar 50 persen. "Yang menarik, e-commerce juga secara spesifik menguntungkan bagi usaha kecil di Asia," ujar IMF.
Secara umum, IMF menyatakan Asia adalah pemimpin dalam hal e-commerce dan layanan keuangan berbasis teknologi (financial technology/fintech).
Misalnya saja, satu dekade lalu, China menyumbang 1 persen dari total transaksi ritel e-commerce global, namun kini angkanya sudah melonjak menjadi 40 persen.
Penetrasi e-commerce di China saat ini mencapai 15 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan AS yang baru mencapai 10 persen.
Penetrasi e-commerce di negara-negara lainnya di Asia cenderung rendah, namun tumbuh sangat pesat di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.