Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)/PLN, memastikan tidak akan menaikkan tarif dasar listrik (TDL), meskipun saat ini mengalami kerugian mencapai Rp 18 triliun.
"Enggak lah (dilakukan penyesuaian atau tarif naik), karena opersional kita masih untung," Direktur Utama PLN Sofyan Basir di komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (31/10/2018).
Menurut Sofyan, kerugian PLN saat ini hanya sebatas dalam pembukuan saja dan bukan bentuk rugi usaha.
Dirinya mencontohkan, rugi usaha itu seperti PLN membeli sebuah barang dengan harga Rp 10 ribu dan menjualnya dengan angka Rp 8 ribu, maka perseroan mengalami rugi Rp 2.000.
"Kalau ini enggak, kita secara usaha, secara operasional untung, oleh karena itu likuiditas kita sangat kuat, enggak ada masalah, cashflow kita tidak terganggu," papar Sofyan
Sofyan menjelaskan, saat ini PLN hanya rugi pembukuan karena memiliki utang valuta asing yang belum dilakukan pembayaran kekreditur dan akhirnya menjadi kerugian selisih kurs dipembukuan.
"Misalnya, kamu punya utang 1 juta dolar AS sekarang, bayarnya 20 tahun lagi, waktu dolar naik utang kamu di kurs rupiah akan naik, tapi belum jadi beban, itu bedanya, jadi enggak perlu panik, jadi tidak riil," paparnya.
Baca: Lakukan Efisiensi, Laba PT PLN (Persero) Naik Jadi Rp 9,6 Triliun
Selain persoalan kurs, kata Sofyan, kerugian tersebut juga karena harga beli bahan bakar minyak (BBM) untuk produksi mengalami kenaikan, namun hal ini hanya faktor kecil dibandingkan selisih kurs.
"Jadi sampai sekarang belum ada pembicaraan dengan pemerintah soal kenaikan tarif, tidak ada," ucap Sofyan.
Tercatat, PLN mengalami rugi bersih hingga kuartal III 2018 mencapai Rp 18,46 triliun. Angka tersebut, naik dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar Rp 5,35 triliun.
Sementara dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya, justru sebaliknya. Dimana, pada saat ini perusahaan pelat merah tersebut masih laba sebesar Rp 3,06 triliun.