TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rupiah kembali menunjukkan kekuatannya pasca pengumuman hasil pemilu sela Amerika Serikat (AS). Berdasarkan Bloomberg, di pasar spot rupiah menguat 0,35% ke level Rp 14.539 per dollar AS.
Penguatan mata uang ini juga terjadi dalam data kurs tengah versi Jakarta Interbank Spot Dollar (Jisdor) sebesar 0,77% menjadi Rp 14.651 per dollar AS.
Partai Demokrat mengambil kendali Kongres Amerika Serikat (AS) setelah memperoleh lebih dari 23 kursi yang mereka butuhkan untuk menguasai lembaga legislatif.
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, kemenangan Partai Demokrat di DPR dan penambahan kursi Partai Republik di Senat menunjukkan kemungkinan munculnya berbagai hambatan politik di Washington.
“Hasil tersebut memberikan potensi akan adanya perubahan perimbangan poiltik di AS antara DPR dan Senat, bisa ada perubahan kebijakan yang pengaruhi trade war juga,” ujar David.
Perang dagang diperkirakan akan berakhir atau setidaknya mereda setelah pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping dalam KTT G-20 pada 31 November-1 Desember 2018 mendatang.
Di sisi lain, banyaknya investor asing di pasar obligasi yang terus masuk beberapa hari terakhir ini turut mendorong rupiah.
“Aset rupiah dianggap murah dibandingkan negara emerging lain yang fundamentalnya mirip,” lanjut David.
Pasar masih menunggu data AS terutama klaim pengangguran, serta dari internal ada data BI rate juga data perdagangan Indonesia di pekan depan.
Analis Valbury Asia Futures Lukman Leong mengatakan, penguatan tajam rupiah belakangan ini merupakan hal yang wajar akibat pelemahan besar yangs empat terjadi beberapa waktu lalu.
“Dari internal, angka PDB Oktober 2018 di luar ekspektasi,pengaruh tingkat infasi. Eksternal, penguatan dollar akan terhambat dari kemenangan Partai Demokrat di Kongres yang akan mempengaruhi kebijakan fiskal dan lainnya,” jelas Lukman.
Inflasi bulan Oktober 2018 tercatat hanya 0,28% month to month (mtm), secara tahun berjalan year-to-date (ytd) senilai 2,22% dan secara tahunan year on year (yoy) mencapai 3,16%. Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal III 2018 sebesar 5,17%.
Menurut Lukman, pelemahan indeks dollar diperkirakan berasal dari sentimen hasil pemilu jangka menengah AS. Dia menambahkan, pergerakan rupiah pada akhir perdagangan minggu ini, Jumat (9/11) akan dipengaruhi oleh pengumuman bank sentral AS, The Fed, yang ekpektasinya tidak peningkatan suku bunga di bulan ini.
Lukman memproyeksikan ada potensi penguatan rupiah di rentang Rp 14.400-Rp 14.560 per dollar AS pada perdagangan esok. David juga memprediksi rupiah bergerak stabil juga berpotensi menguat tipis di angka Rp 14.500-Rp 14.600 per dollar AS.
Berita Ini Sudah Dipublikasikan di KONTAN, dengan judul: Rupiah masih bertahan di level Rp 14.500 per dollar AS