Laporan Wartawan Tribunnews.com, Brian Priambudi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) meyakini revolusi industri 4.0 tidak akan mengurangi jumlah lapangan pekerjaan.
Dirjen Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Kemnaker, Bambang Satrio Lelono mengatakan, revolusi industri 4.0 ini hanya akan merubah karakter lapangan pekerjaan.
"Kedepannya ada pekerjaan-pekerjaan yang tumbuh, sementara ada pekerjaan yang berkurang dan hilang. Disinilah pentingnya kita melakukan transformasi," ujar Bambang di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Rabu (21/11/2018).
Secara pribadi, Bambang mengatakan tidak khawatir akan terjadi pengurangan jumlah lapangan kerja akibat disrupsi ini.
Bambang mengatakan, justru dengan adanya revolusi industri 4.0, Bambang meyakini akan terdapat lebih banyak pekerjaan baru yang tumbuh.
"Seperti di industri otomotif ada mobil dan motor listrik. Dengan demikian kita bisa menyusun jabatan-jabatan yang akan tumbuh sesuai dengan transformasi tadi," ujarnya memberikan contoh.
Baca: Bikin Macet Tol Japek, Menhub Stop Sementara Proyek LRT dan Kereta Cepat Jakarta-BDG Sampai Lebaran
"Dengan demikian kalau sudah buat transformasi kita tinggal siapkan saja skill-skill yang mau kita latih. Saya sendiri tidak akan khawatir akan terjadi disrupsi terus menerus," lanjutnya.
Bambang mengatakan, untuk menghadapi revolusi industri 4.0 yang terpenting adalah strategi menyiapkan tenaga kerja untuk mengantisipasi perubahan tersebut.
Baca: First Media Nyatakan Sanggup Cicil Tunggakan Frekuensi, Sikap Kominfo Kok Jadi Mengambang
"Industri berubah, karakter pekerjaan berubah, skill yang dibutuhkan berubah. Ini kita bisa menyiapkan kesana. Sehingga ajan tercipta lapangan kerja yang baru," pungkasnya.
Diketahui, revolusi industri 4.0 merupakan revolusi otomasi dan pertukaran data terkini dalam teknologi di pabrik para pelaku industri.
Ketua Dewan Pengarah Gerakan Nasional Indonesia Kompeten, Yunus Triyonggo mengatakan dalam revolusi industri 4.0 akan terdapat beberapa sektor yang memiliki dampak tertinggi.
"Sektor makanan dan minuman, otomotif karena nantinya ada mobil listrik, tekstil dan aparel, dan sektor kimia," ujar Yunus.