Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah Provinsi DKI berupaya mengamankan stok dan stabilkan harga pangan menyambut Hari Natal 2018 dan Tahun baru 2019.
Salah satunya mengamankan distribusi dari daerah pemasok ke pasar induk di Ibu Kota.
Mengamankan proses distribusi karena hal itu menyangkut suplai dan kebutuhan pangan tetap terjaga, sehingga kenaikan harga akibat terhambatnya pasokan bahan dapat dihindari.
Apalagi, akhir tahun ini merupakan musim penghujan. Hal itu menjadi perhatian khusus untuk memantau jalur distribusi utama ataupun jalur kecil lainnya.
"Yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana agar input stok ini tetap terjaga, khususnya suplai dari daerah untuk kebutuhan pangan tetap terjaga," ungkap Kepala Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan DKI Adi Adiantara, dalam siaran pers Pemprov DKI, Rabu (12/12/2018).
Baca: Rumah Orang Tua Juru Parkir di Ciracas Dirusak Puluhan Orang Tak Dikenal
Soal pasokan beras, Pemprov DKI bekerja sama dengan Bulog Divre DKI-Banten untuk mengamankan komoditi rawan seperti beras, dimana kebutuhan warganya sebanyak 3.000 ton per hari.
Total ada 513.000 ton yang dikumpulkan dari dua instansi berbeda di DKI.
Adi menyebut stok beras DKI masih aman terkendali selama 170 hari ke depan.
"Jadi selama 170 hari ke depan, stok beras di DKI itu aman," katanya.
Komoditi pangan lainnya seperti bawang merah dan bawang putih punya sifat sensitif terhadap cuaca.
Sebab bila kondisi lembab, maka akan membusuk lebih cepat. Pengaruhnya yakni pada fluktuatifnya harga.
Kendati begitu, Pemprov DKI Jakarta menjamin per 12 Desember 2018, harga rempah-rempah stabil pada kisaran harga maksimal Rp 32.000 per kilogram.
"Jadi, ada tiga jenis komoditi yang harus diperhatikan. Pertama, yang hanya bisa tahan 1 hari seperti sayur-sayuran. Kedua, yang tahan 3 hari seperti bawang. Dan ketiga, ada yang lebih dari seminggu, misalnya kentang. Nah, yang harus kita jaga adalah yang maksimal 3 hari ini yang paling rawan," terang Adi.