Laporan Wartawan Tribunnews.com, Syahrizal Sidik
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Bank Indonesia (BI) menilai pergerakan rupiah saat ini masih dipengaruhi oleh sentimen global kendati fundamen ekonomi dalam negeri masih cukup kuat.
Posisi kurs belakangan ini memang bergerak cukup variatif.
Setelah sebelumnya sempat menguat ke level Rp 14.200 per dolar AS, kurs kemudian melemah hingga ke posisi Rp 14.600 per dolar AS.
Pada penutupan perdadangan Kamis (13/12/2018), rupiah berbalik menguat ke posisi Rp 14.542 per dolar AS.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo menyampaikan, per hari ini rupiah mulai mengarah pada penguatan.
Hal itu lantaran, dalam beberapa perkembangan terakhir kondisi ekonomi global mulai cukup positif.
Hal itu misalnya, terlihat dari perkembangan terakhir antara AS dan China yang bersepakat untuk mengatasi perang dagang.
Baca: Caleg dari PAN se-Sumsel Kena Imbas Sejak 25 Kadernya Deklarasi Dukungan terhadap Jokowi-Maruf
Selain itu, adanya perkembangan mengenai keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau Brexit yang mulai menemui kepastian, karena tidak ada pergantian kepemimpinan.
Hasil pemungutan suara di parlemen Inggris ternyata tidak menggoyahkan Theresa May dari kursi Perdana Menteri.
"Jadi mudah-mudahan gambaran itu relatif memberi support ke Rupiah. Hari ini sendiri rupiah juga mengarah kepada penguatan," kata Dody saat ditemui di acara Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) di Grand City, Surabaya, Kamis (13/12/2018).
Dody menjelaskan, dari dalam negeri fundamen ekonomi masih menunjukkan data yang positif di mana posisi cadangan devisa pada akhir November 2018 meningkat 2 milia dolar AS menjadi 117,2 miliar dari sebelumnya Rp 115,2 miliar dolar AS.
Selain itu, tingkat inflasi yang juga terjaga sesuai fundamennya di level 3,5 persen plus minus 1 persen.
Kredit perbankan tumbuh pada kisaran 12 persen.
Bank Sentral juga akan terus memantau perkembangan dinamika global, baik hubungan perdagangan AS dan China, kenaikan suku bunga The Fed, hingga kondisi di kawasan Eropa.
Bank Indonesia juga akan melakukan intervensi pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah ke depannya.
"Kita upayakan stabilisasi rupiah dengan bauran kebijakan, baik intervensi pasar, kebijakan suku bunga BI. Intervesi dilakukan tergantung kondisi pasar," ucap dia.