Laporan Reporter Kontan, Danielisa Putriadita dan Yusuf Imam Santoso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Data inflasi Amerika Serikat (AS) periode Desember mengecewakan. Hal ini bisa membuat kurs rupiah menguat di awal pekan.
Pada hari Jumat (11/1/2019) lalu, kurs spot rupiah naik tipis 0,04% ke Rp 14.048 per dollar AS. Kurs tengah rupiah Bank Indonesia juga menguat 0,12% jadi Rp 14.076 per dollar AS.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, alih-alih inflasi, AS justru mengalami deflasi 0,1% di Desember. Ini deflasi pertama dalam sembilan bulan terakhir. Alhasil, the greenback berpotensi kembali melemah. Otomatis, rupiah berpeluang menguat.
Direktur Garuda Berjangka Ibrahim menilai, voting Brexit yang berlangsung pada Selasa (15/1/2019) membuat pelaku pasar cenderung berhati-hati. Oleh karena itu, rupiah tampaknya cenderung akan bergerak terbatas.
Baca: Hidayat Nur Wahid: Nggak Ada Untungnya Pasang Foto Gatot Nurmantyo di Baliho Prabowo-Sandi
Di saat yang sama, neraca dagang Indonesia juga akan dirilis. Josua memprediksi, defisit neraca dagang periode Desember akan turun.
Karena itu, Josua optimistis rupiah bergerak dalam rentang Rp 13.950–Rp 14.150 per dollar AS. Sementara Ibrahim memperkirakan mata uang Garuda bergerak dalam kisaran Rp 13.990–Rp 14.100 per dollar AS.
Baca: Robby Tumewu Menghembuskan Nafas Terakhir, Becky Tumewu: Semua Tinggal Kenangan
Baca: Ramai Luhut Diminta Cium Kaki Fahri Hamzah, Sudjiwo Tedjo Ungkit Janji Amien Rais Saat Pilpres 2014
Baca: Kubu Prabowo Subianto Ancam Mundur dari Pilpres 2019, Djoko Santoso: Masak Orang Gila Suruh Nyoblos