TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah ekonom meramalkan Bank Indonesia (BI) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pekan ini akan mempertahankan suku bunga pada level 6%. Hal ini sejalan dengan kebijakan The Fed yang memberi sinyal tidak agresif menaikkan suku bunga tahun ini.
Ekonom Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto mengatakan BI kemungkinan tidak menaikkan suku bunga acuan.
"Bertahan di level bunga yang sekarang menjadi opsi yang lebih rasional," jelas Eko saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (19/2/2019).
Meskipun inflasi cenderung rendah dan nilai tukar rupiah cukup stabil pada awal tahun ini, namun masih ada ketidakpastian perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.
Ada ketidakpastian yang meningkat di awal bulan depan seiring berakhirnya gencatan senjata kedua negara tersebut.
Hal yang sama diungkapkan oleh Ekonom Bank Tabungan Negara (BTN) Winang Budoyo. Menurutnya, BI perlu mempertahankan suku bunganya. Meskipun bila dibandingkan dengan negara tetangga, suku bunga acuan Indonesia lebih tinggi.
Baca: Bedah Interior All New Livina: Ada 4 Pilihan Pengaturan Kursi untuk Muat Barang Lebih Banyak
Suku bunga Thailand berada di level 1,75%, Malaysia 3,25%, Filipina 4,75%, Singapore 1,76%. "Dalam kondisi belum menentu ini, kalau BI menurunkan suku bunga dan jika tiba-tiba The Fed menaikkan suku bunga, maka rupiah bisa melemah lagi," ujar Winang.
Sekarang ini muncul perbedaan prediksi terkait suku bunga The Fed. Anggota Fed mengatakan, suku bunga masih mungkin naik, namun market melihat kemungkinan bertahan. Jadi masih belum menentu.
Opsi menurunkan masih perlu dilihat perkembangan dalam beberapa bulan ke depan bagaimana kelanjutan The Fed yang tentunya akan mempengaruhi rupiah.
Laporan: Benedicta Prima
Artikel ini tayang sebelumnya di Kontan dengan judul: Banyak ketidakpastian, ekonom prediksi BI tahan suku bunga