“Dulu (tahun lalu) bawa uang Rp 5 juta sudah bisa PP Jakarta-Takengon (Aceh). Kalau sekarang minimal Rp 12 juta. Baru lebaran kali ini saya stres gara-gara tiket pesawat,” ujar Safutra kepada Kompas.com di Bandung, Selasa (14/5/2019.
Pada Idul Fitri 2018, Safutra cukup mengeluarkan Rp 1,2 juta untuk tiket pesawat Lion Air dari Bandara Soekarno Hatta-Kualanamu Medan. Jika dilanjutkan dengan penerbangan Kualanamu-Bandar Udara Takengon Rembele cukup Rp 2 juta.
Namun kini untuk penerbangan di periode yang sama, harga tiket Lion Air dari Bandara Soekarno Hatta-Kualanamu Rp 2,3 juta. Jika dilanjutkan ke Takengon, bisa habis lebih dari Rp 3 juta.
“Hitungan itu belum untuk makan selama perjalanan dan biaya menginap saat transit di Medan,” imbuhnya.
Menunggu kepastian turunnya harga tiket pesawat dari Kemenhub
Kondisi ini yang membuat Safutra Rantona belum memutuskan untuk mudik melalui jalur darat. Ia pun menaruh harapan pada Kementerian Perhubungan yang katanya akan mengevaluasi harga tiket.
“Saya menunggu keputusan paling baik dari kementerian, katanya dalam minggu ini akan diumumkan,” ucapnya.
Jika mentok, maka ia akan pulang menggunakan bus. Harga tiket bus dari Jakarta menuju Takengon sekitar Rp 900.000. Namun waktu yang harus ditempuh berhari-hari dan melelahkan.
Pemudik lainnya, Irma Suryani mengalami kebingungan serupa. Seharusnya Lebaran tahun ini ia pulang ke Medan, Sumatera Utara. Sebab tahun lalu, ia tidak pulang karena sejumlah pekerjaan.
“Tapi harga tiketnya tinggi sekali, di luar prediksi saya. Kayaknya saya akan kuras tabungan untuk bisa mudik,” imbuhnya.
Ia pun mendesak pemerintah untuk menyelesaikan persoalan harga tiket ini secepatnya. Jangan sampai kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah hilang.
Baca: Pastikan Distribusi Aman, Dirkeu Pertamina Pantau Tulang Punggung BBM di Jateng