Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong peningkatan nilai tambah terhadap limbah plastik dan kertas melalui peran industri daur ulang (recycle industry).
Hal ini dilakukan untuk mengurangi impor bahan baku berupa plastik dan kertas, yang kebutuhannya masih sangat tinggi bagi penopang proses poduksi berbagai sektor industri di Tanah Air.
Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto menargetkan jumlah limbah plastik yang dapat didaur ulang pada tahun 2019 ini bisa menyentuh hingga 25 persen.
Angka itu naik dua kali lipat lebih dari rata-rata limbah plastik yang didaur ulang pada tahun-tahun sebelumnya, yakni sebesar 10 persen.
“Jadi, industri daur ulang ini akan kami terus dorong. Beberapa industri di dalam negeri sudah bisa melakukan proses daur ulang. Sebenarnya daur ulang ini tidak hanya dilakukan untuk plastik, tetapi juga kertas dan aluminium. Plastik itu bukan sampah, tetapi raw material (bahan baku),” paparnya, Selasa (18/6/2019).
Baca: Industri Daur Ulang Plastik Buka 4 Juta Lapangan Kerja
Selain itu, Menperin mencontoh kertas, salah satu produk yang dihasilkan dari kayu ini sedang dibatasi penggunaannya, sehingga dibutuhkan industri recycle paper.
Menurutnya sekarang, hasil industri recycle paper ini mendapatkan apresiasi dari sektor lainnya sepertiperusahaan consumer goods yang mengutamakan bahan baku daur ulang.
“Sehingga, guna mencari solusi dalam waktu dekat, agar kita bisa mengurangi impor ini, didorong melalui recycleindustry. Dan, industri ini investasinya jauh lebih murah,” jelasnya.
Seiring upaya strategis tersebut, Kemenperin juga aktif memacu tumbuhnya industri petrokimia di dalam negeri.
Hingga saat ini, sudah ada tiga perusahaan yang berinvestasi dalam pengembangan sektor industri petrokimia di Indonesia, yaitu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk., Lotte Chemical Titan, dan Siam Cement Group (SCG).