News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Jika Ingin Makmur, Petani Sawit Jangan Tergoda Duit

Editor: Sugiyarto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tandan buah segar kelapa sawit dinaikan ke atas truk.

“Pertama tanaman sawit baru mulai berbuah, baru usia sekitar 3 tahun, hasilnya belum banyak. Kedua masih ada beban mengangsur kredit modal. Tapi nanti kalau kebun sudah nyampai puncak produksi dan tidak ada beban angsuran kredit,” katanya.

Baca: Nilai Strategis Biodiesel Sawit, dari Ekonomi, Mengurangi Gas Rumah Kaca, hingga Pertahanan Negara

Herman khawatir saat melihat hasil di awal ini akan membuat petani plasma gampang melepaskan lahannya ke pihak lain. Lebih tergiur oleh tawaran uang tunai yang cukup besar untuk melepasnnya.

Kodim, salah satu sesepuh dan ketua adat Desa Tua’ Abang di Dusun Nanga Bian, Kecamatan Semitau, Kapuas Hulu, mengungkapkan optimismenya terhadap kehadiran kebun kelapa sawit di daerahnya.

Kodim yang mengaku memili 6 hektar lahan yang ditanami sawit yakin masa depannya akan lebih bagus. “Kalau sekarang belum bisa banyak merasakan. Hasilnya dari bagi hasil masih sedikit. Kan, baru mulai berbuah dan harus dipotong angsuran kredit,” katanya.

Meskipun demikian, ia sudah dapat merasakan dampak signifikan dari kehadiran kebun sawit di wilayah desanya.

“Contoh sederhana saja, kalau dulu kami datang ke warung gak bawa duit, gak bakal dilayani. Karena memang tidak ada hasil yang dapat kami pakai untuk membayarnya nanti. Tapi sekarang, pasti dilayani karena kami pasti dapat duit bayaran dari kerja kami. Ada kepastian penghasilan sebagai pekerja di kebun. Kalau dulu, kami hanya bertani dan mencari ikan, yang belum tentu hasilnya,” jelas.

Perbaikan kondisi ekonomi warga ini, kata Kodim, yakin akan semakin membaik seiring denggan peningkatan hasil panen sawit dan berkurangnya beban angsuran kredit modal ke bank.

"Saya yakin akan semakin membaik. Buah semakin banyak, dan beban kredit nanti akan selesai. Semoga saja harga sawit terus membaik, bukan nyungsep seperti karet yang pernah kami alami," harapnya.

Merubah Etos Kerja Warga Lokal

Ismuhyar Effendi, Staff CEO PT Sinar Mas mengungkapkan, kebun kelapa sawit miliknya yang berada di Semitau Kapuas Hulu ini melibatkan 4.092 tenaga kerja. Dari jumlah itu, 60 persennya adalah pendatang.

“Untuk saat ini, persentase pekerjanya 60 persen pedatang. Pelan-pelan, pekerja yang pendatang kami kurangi. Mereka rata-rata pekerja kontrak. Jadi nanti setelah kontraknya selesai, sebagian tidak kita perpanjang,” jelasnya.

Menurut Ismuhyar, mendatangkan pekerja dari luar ini untuk tahap awal sangat diperlukan. Hal ini karena masyarakat lokal banyak yang belum terbiasa jadi pekerja. “Bukan malas ya, tapi belum terbiasa sebagai pekerja, yang tentu diikuti berbagai ketentuan, seperti jam kerja dan hari libur,” ungkapnya.

Masyarakat lokal yang sebelumnya banyak hidup bertani berpindah-pindah, tidak serta merta bisa diubah menjadi pekerja, yang banyak aturannya. “Seperti contoh jam kerja dan libur kerja. Mereka belum terbiasa diperintah dan diatur, kapan liburnya dan kapan kerjanya. Jadi ada yang libur sesukanya dan tidak mau diatur,” katanya.

Jadi, lanjut Ismuhyar, untuk merubah kebiasaan masyarakat tersebut perlu contoh, perlu kerja bareng dengan orang dari luar. Maka perusahaan menghadirkan tenaga-tenaga kerja dari luar daerah, yang sudah terbiasa dengan pola kerja sebagai pekerja.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini