“Karena produk-produk tersebut masih diimpor, sehingga bisa dijadikan substitusi impor untuk menghemat devisa,” ungkap Fridy.
Direktur Utama PT Tuban Petrochemical Industries Sukriyanto menyampaikan, perusahaan sudah siap untuk dikembangkan lebih lanjut melalui upaya revitalisasi yang diinisiasi pemerintah.
Pasalnya, tiga anak usahanya, yakni PT TPPI, PT Petro Oxo Nusantara, dan Polytama Propindo, sudah beroperasi dengan baik dan stabil dengan pangsa pasar yang sudah cukup besar.
“Dari ketiga perusahaan tersebut, kami sudah lakukan perbaikan. Sehingga kalau hari ini, pemerintah melakukan pengambilalihan grup ini pun sudah siap untuk dikembangkan lebih lanjut guna menjawab kebutuhan,” paparnya.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiyono mengatakan, penambahan saham pemerintah dari 70 persen menjadi 95,9 persen di TubanPetro semakin cepat selesai maka lebih baik.
Menurutnya, industri petrokimia merupakan tulang punggung kemajuan ekonomi negara, setelah industri logam dan industri pangan.
Urgensi pengembangan industri petrokimia dinilai mendesak karena Indonesia pernah menjadi yang terbesar di ASEAN di periode tahun 1985-1998 dari sisi kapasitas produksi.
“Untuk itu, negara harus hadir dalam penguatan struktur industri petrokimia agar bisa kembali menjadi yang terbesar di ASEAN,” tandasnya.