TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA – Berbeda dari generasi jaman old, generasi jaman now yang lebih akrab disebut kaum milenial, punya gaya hidup dalam memilih tempat tinggal.
Di usia sekitar 15 - 30 tahunan, umumnya mereka lebih suka pada gaya hidup serba praktis, cepat dan modern. Karena itulah, pilihan yang tepat bagi mereka adalah tinggal di hunian vertikal atau apartemen.
Selain tidak ingin ribet, alasan utama memilih apartemen adalah supaya mereka lebih cepat menjangkau tempat kerja, perkotaan, pusat belanja, bisa berkumpul dengan teman-teman, serta komunitasnya.
Ketika tinggal di apartemen, mereka lebih memilih tipe studio. Sebab tipe ini sangat sesuai dengan kebiasaan kaum milenial yang suka gaya hidup minimalis.
Selain itu banyak kaum milenial yang suka berbagi teman sekamar (sharing) untuk menghuni apartemen bersama.
Baca: Ambulans yang Sedang Antar Jenazah Tabrak Truk di Tegal, Seluruh Penumpang yang Ikut Mengantar Tewas
Baca: Mama Muda dan Gadis SMA Jadi Sasaran Aksi Pria Misterius Mirip Kolor Ijo, Subuh Jadi Waktu Mencekam
Saat ini, banyak dari generasi milenial yang sudah cerdas dalam berinvestasi properti. Mereka tahu, selain nyaman ditinggali, apartemen juga menjanjikan capital gain (kenaikan harga) apartemen yang relatif stabil.
Hal ini juga dirasakan pengembang PT PP Properti Suramadu (anak perusahaan PT PP Property Tbk.) yang sedang mengembangkan superblock di kawasan Suramadu, Surabaya.
Menurut Satrio Sujatmiko, Project Director PT PP Property Suramadu, pasar apartemen untuk milenial di Jawa Timur cukup besar.
Terbukti dari sekitar 30 – 40 persen pembeli apartemen Adriatic Tower sedang dipasarkan adalah golongan milenial.
Pasar milenial, kata dia, tertarik membeli hunian di proyek Grand Sagara, Suramadu, karena konsep pengembangannya yang bernuansa resor dan megah sesuai dengan selera segmen tersebut.
Adriatic Tower adalah apartemen pertama yang dibangun di dalam kawasan mega proyek Grand Sagara seluas 5,6 ha dengan tinggi mencapai 50 lantai dan berkapasitas 1.040 unit apartemen.
Satrio mengatakan, besarnya populasi milenial di Jatim menjadi peluang besar untuk masuk ke segmen tersebut karena konsep Grand Sagara sangat sesuai dengan selera generasi tersebut yang menyukai kemegahan dan modernisasi.
“Saya yakin 1.040 unit apartemen yang kami kembangkan pada tahap pertama ini akan banyak diserap oleh pasar milenial. Kan menurut Statistic Gender Tematik yang dilakukan oleh Kementerian Pemberdaya Perempuan dan Perlindungan Anak dengan BPS, ada 12,3 juta generasi milenial di Jatim. Populasi itu mencapai 33,7% dari total jumlah penduduk. Jadi prospektif sekali kami mendapatkan pembeli dari kelompok ini,” ujarnya di Surabaya, Jumat, 20 September 2019.
Dia menambahkan beberapa unsur yang disenangi oleh generasi milenial yang terdapat di Grand Sagara adalah resor pantai, modern, aksesnya mudah, dan tersedia akses internet yang menjadi kebutuhan utama mereka.
“Dari sisi hargapun sangat masuk untuk generasi ini karena Adriatic Tower dibadenrol dengan harga berkisar Rp330 juta hingga Rp800 juta per unit. Disediakan mulai dari tipe studio, unit satu kamar tidur, hingga dua kamar tidur,” katanya.
Sedangkan, Galih Saksono, Direktur Realti PT PP Properti Tbk. mengatakan, ukuran pasar Grand Sagara bukan hanya Jawa Timur, tapi kawasan Indonesia Timur karena Surabaya sudah menjadi kota hub bagi kawasan Timur bersama Makassar.
Untuk itu, lanjutnya, Grand Sagara dikembangkan sebagai hunian yang mewakili ikon kawasan timur Indonesia yang memang belum memiliki hunian dengan tinggi hingga 50 lantai.
“Kami berharap generasi milenial dan pebisnis yang berada di kawasan timur merasa terwakili kalau memiliki properti di Grand Sagara. Siapa saja pebisnisnya merasa perlu punya apartemen di proyek kami ini,” ujar Galih.
Grand Sagara sendiri baru saja mendapatkan penghargaan Properti Indonesia Award (PIA) 2019 dari Majalah Properti Indonesia, sebagai The Prospective Apartment Development in Surabaya.
Proyek Grand Sagara dikembangkan secara bertahap dengan nilai investasi diperkirakan sekitar Rp7 trilun untuk pengembangan 14 menara apartemen, hotel, perkantoran hingga ruang konvensi dan pusat perbelanjaan di areal seluas 5,6 hektare.
Proyek properti terpadu ini berada di lokasi yang strategis karena menjadi wilayah perlintasan utama yang menghubungkan Tanjung Perak ke Bandara Djuanda.