TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Inovasi dan desain pada industri furniture dan kerajinan sangat menentukan nilai tambah yang range-nya sangat lebar mulai dari puluhan prosen, ratusan hingga ribuan prosen.
Kementerian Perindustrian terus mendorong dilakukannya R&D untuk menciptakan inovasi-inovasi baru.
Terkait dengan hal ini, Kementerian Perindustrian telah mengusulkan adanya insentif Super Deduction Tax, untuk mendorong R&D sebesar300 persen dari investasinya.
"Sedangkan untuk Pendidikan vokasi sebesar 200%, dan alhamdulillah saat ini sudah keluar Peraturan Pemerintah No.45 Tahun 2019 tentang hal tersebut,” kata Dirjen Industri Argo Kementerian Perindustrian Abdul Rochim saat membuka Pameran International Furniture Manufacturing Components (IFMAC) di Jakarta, Rabu (8/10/2019).
Abdul Rochim menyebutkan, kinerja ekspor industry furniture Indonesia dalam tiga tahun terakhir adalah: US$1.60 Miliar (2016), US$1.63 Miliar (2017), dan US$1.69 Miliar (2018).
Industri furnitur memberikan kontribusi sebesar 0,25% terhadap PDB Nasional. Sementara itu nilai perdagangan furniture dunia berdasarkan data CSIL adalah sebesar US$131 Miliar pada tahun 2016, tahun 2017 sebesar US$140 Miliar dan tahun 2018 sebesar US$154 Miliar.
Saat ini, pengekspor furniture utama dunia adalah negara Cina, diikuti oleh Jerman, Italia, Polandia, USA, Mexico, dan Vietnam.
Baca: Viral 2 Mahasiswa UIN Raden Intan Lampung Tenggelam Saat Kejutan Ulang Tahun, Ini Identitasnya
Indonesia berada diperingkat 21 dunia dan pasar furniture dunia diprediksi masih akan terus meningkat, yaitu sekitar 3% sampai tahun 2020.
Asia Pasifik, diikuti oleh Amerika Utara, Timur Tengah dan Afrika merupakan Kawasan yang pasar furniturnya tumbuh pesat. Tentu saja hal ini menjadi kesempatan bagi pelaku industri furniture di Indonesia untuk lebih keras berusaha meningkatkan ekspor.
Selain itu, ‘tradewar’ antara China dan USA juga merupakan peluang bagi 3 Indonesia untuk mengambil pasar furniture di USA yang ditinggalkan China. Berdasarkan data tahun 2018, pangsa pasar furniture China di USA sebesar US$26,3 miliar (48,08%).
Rini Sumardi, Direktur PT Wahana Kemalaniaga Makmur (WAKENI) mengatakan, IFMAC adalah pameran bisnis terkemuka di Asia Tenggara, yang fokus menghadirkan kebutuhan mesin dan teknologi mutakhir untuk industri mebel yang menguntungkan yang Indonesia layani baik pasar domestic, regional serta pasar ekspor dunia.
IFMAC mengikuti visi yang dipetakan oleh pemerintah Indonesia untuk terus mengembangkan kemampuan produksi mebel Indonesia.
Baca: Pelaku Pembunuhan Pengusaha Mebel di Pamekasan Masih Misterius
"Oleh karena itu IFMAC menghadirkan teknologi berkualitas dunia yang dapat membantu produsen dalam negeri memproduksi mebel berkualitas tinggi seperti diinginkan oleh pembeli global," katanya.
Setiap tahun, IFMAC menjadi pameran wajib bagi industri dengan memperkenalkan permesinan yang kompetitif, produk dan solusi yang baik untuk investasi oleh produsen mebel berbagai ukuran, terutama perusahaan kecil dan menengah yang membutuhkan aset hemat biaya guna memenuhi produksi mereka.