TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo menyindir para bankir mengenai suku bunga kredit perbankan yang masih tinggi.
Padahal, Bank Indonesia (BI) pada Oktober lalu telah memangkas suku bunga 7 Day Reverse Repo Rate (7DRRR) sebanyak 25 basis point (bps) menjadi 5 persen.
Para bankir pun bersuara mengenai sindiran tersebut. Direktur Keuangan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Ario Bimo mengatakan, penurunan suku bunga kredit harus menyeleraskan biaya dana yang dikeluarkan oleh bank atau disebut cost of fund.
Baca: Jabatan Wakil Panglima TNI: Dihapus di Era Gus Dur, Dihidupkan di Pemerintahan Jokowi
Baca: Ekspresi Jokowi Saat Sindir Surya Paloh Disorot Sudjiwo Tedjo: Tinggal Menghilangkan Aura Kecutnya
Baca: Soal Rangkulan Surya Paloh ke Sohibul Iman, Jokowi: Saya Tak Pernah Dirangkul Bang Surya Seerat Itu
"Yang penting 'cost of fund-nya' turun baru berani turun. Kalau 'cost of fund' belum turun ya enggak berani lah. Nanti kalau kita semakin kecil dimarahi investor," katanya ditemui di Jakarta, Rabu (6/11/2019).
Pada semester I-2019, 'cost of fund' BNI secara tahunan naik dari 2,8 persen menjadi 3,2 persen. Dan ini yang membuat BNI masih enggan menurunkan suku bunga kreditnya.
"Kita sekarang lagi turun dulu pelan-pelan, kemarin 3,2. Kita lihat pelan-pelan. Kalau 'cost of fund' turun kita baru berani nurunin," ucapnya.
Selain itu, rasio pinjaman terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) juga faktor BNI mempertimbangkan untuk menurunkan suku bunga kreditnya.
"LDR kami 96,6 persen. Jadi intinya kami nurunin 'cost of fund' dulu baru bisa review bunganya," ucapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Sunarso berpendapat, jika ingin menurunkan suku bunga kredit tentu melihat kondisi pasar keuangannya.
" Suku bunga pasti memang harus ikuti pasar. Jadi, bank 'follow rate', kalau pasar turun tidak ada alasan kita tidak turunkan. Tapi ada mekanisme mengatur pricing yang di luar market, yaitu regulated price," katanya.
Dia mencontohkan, Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang diberikan suku bunganya hanya 7 persen. Tanpa adanya subsidi tersebut, sektor perbankan masih ragu untuk memberikan bunga kredit serendah itu.
"Mana ada kita bisa berikan suku bunga 7 persen seperti sekarang ini kalau mengikuti pasar. Kemudian pemerintah dan negara hadir di situ dengan memberikan subsidi," ujarnya.
Namun, dia memastikan BRI bakal menurunkan suku bunga kreditnya. Asalkan, melalui mekanisme regulasi dan kolaborasi.
"Kalau sekarang marketnya turun jangan khawatir suku bunga pasti akan turun yang mesti dipercepat adalah bagaimana transmisikan itu secepat mungkin," katanya.
Sementara, Direktur Keuangan dan Strategi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Panji Irawan berpendapat yang sama dengan BRI.
Pihaknya masih memantau kondisi pasar keuangan saat ini agar tidak terjadi keraguan ketika suku bunga kredit diturunkan.
"Ada sih (ruang penurunan bunga kredit), karena kami juga nurunin 'cost of fund' juga dan pasti terus melihat persaingan di pasar. Pasti dua-duanya bagian dari industri juga. Jadi dalam kaitan itu pastilah kami respon, enggak mungkin enggak respon," ucapnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Disindir Jokowi Soal Bunga Kredit, Ini Kata Bankir"