TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Memasuki akhir tahun 2019, investor, pengelola reksadana dan pelaku capital market menanti-nanti even tahunan yaitu window dressing.
Di saat window dressing harga saham akan cenderung menguat. Salah satu saham yang menjadi buruan investor pada event window dressing adalah saham blue chips seperti Telkom Tbk. investor memilih saham Telkom dikarenakan fundamental BUMN telekomunikasi tersebut yang kuat.
Sebastian Tobing, analis saham PT Trimegah Securities Tbk. mengatakan bahwa fundamental emiten berkode TLKM ini masih sangat solid.
Bahkan analis ini melihat saham Telkom merupakan saham dari emiten telekomunikasi yang terbaik di Indonesia.
Bahkan analis ini melihat hingga 10 tahun kedepan market share Telkomsel sebagai bagian terbesar dari Telkom masih tak akan tergoyahkan. Bahkan potensi Telkomsel untuk terus tumbuh masih cukup besar.
Baca: Kemenpora Berharap Dispora Bersinergi dengan Telkom di Era Digital Ini
Baca: Mitratel Borong Menara Indosat, Telkom Group Diprediksi Raup Untung
Baca: Mitratel Dukung Transformasi Telkom Melalui Lini Bisnis IoT
Emiten lain yang akan menggoyang Telkomsel juga akan kesulitan. Sebab Telkomsel sudah sangat besar.
“Bisnis inti Telkom kami nilai masih sangat baik. Melihat akan kebutuhan layanan data dan trend penggunaan data di dunia, Telkom melalui Telkomsel juga masih akan membukukan pertumbuh revenue data yang cukup signifikan. Apa lagi tahun depan Telkomsel berencana akan menggelar layanan 5G yang bisa dipastikan akan mendongkrak revenue dari data,”papar Sebastian dalam keterangannya, Senin (9/12/2019).
Sebastian melihat saat ini Telkom berusaha untuk melakukan diversifikasi usahanya tidak hanya fokus kepada layanan selular melalui Telkomsel saja. Tetapi sudah mengarah ke pendapatan non telekomunikasi seperti tower provider melalui Mitratel.
Bisnis tower provider Telkom masih dilihat Sebastian masih cukup menarik. Bahkan Mitratel bisa menjadi salah satu kandidat anak usaha Telkom yang bisa go public.
“Terlebih lagi emiten tower lainnya terus membukukan peningkatan pendapatan. Market cap Tower Bersama saja sudah mencapai Rp 50 triliun. Mungkin Mitratel memiliki market cap dan kinerja yang hampir sama dengan Tower Bersama. Saat ini Mitratel menjadi salahsatu tower provider yang memiliki jumlah Menara yang cukup besar. mungkin jumlahnya lebih dari 20 ribu unit Menara,”terang Sebastian.
Melihat sudah semakin kecilnya perang harga dan ganguan regulasi seperti beberapa tahun yang lalu, Sebastian memprediksi pertumbuhan pendapatan Telkom hingga bisa melebih industry yaiitu 7%.
Bahkan di tahun depan dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan layanan data, Sebastian memprediksi pertumbuhan pendapatan Telkom bisa mencapai 9%.
Melihat kinerja Telkom yang masih cukup baik tersebut dan prospek kebutuhan akan layanan daya, Trimegah masih merekomendasikan beli saham Telkom. Bahkan Sebastian menaikan target harga saham Telkom yang tadinya hanya Rp 4500 menjadi Rp 4750.