Distribusi lobster juga berkontribusi pada mahalnya harga. Banyak lobster masih hidup beberapa jam sebelum dihidangkan di restoran.
Untuk menjaga lobster tetap hidup saat pengiriman, perlu penyimpanan dan perlakukan khusus agar bisa menjaga kelembaban dan kadar oksigen yang dibutuhkan lobster agar tetap hidup.
Sejumlah restoran menilai, lobster paling enak dimasak hidup-hidup. Daging lobster akan keras dan kenyal jika dimasak dalam kondisi mati.
Alasan lainnya, jika lobster sudah mati jauh sebelum dimasak, akan ada waktu lebih banyak bagi bakteri tumbuh dan merusak kualitas daging lobster.
Lobster pun bukan menu yang mudah untuk dimasak di mata para koki restoran. Lobster merupakan hewan laut yang daging sulit dikeluarkan dari kulitnya jika cara memasaknya kurang tepat.
Salah mengolah, bisa berakibat dagingnya menjadi keras saat disantap. Itu sebabnya beberapa perusahaan pengolahan lobster menggunakan air bertekanan tinggi untuk memasaknya.
Sementara itu, Kepala Pusat Riset Kelautan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Riyanto Basuki, menerangkan lobster memang butuh perairan yang sangat ideal untuk bertelur.
Hanya di beberapa tempat di dunia yang dinilai cocok untuk habitat lobster bernilai tinggi seperti spesies panulirus sp yang banyak diminati di pasar ekspor.
Menurut Riyanto, Vietnam meski memiliki perairan, lokasi negara tersebut kurang ideal untuk pengembangan benih lobster dibandingkan dengan beberapa pantai di Indonesia.
Dikatakannya, lobster mahal seperti panulirus sp umumnya bertelur di perairan tropis yang memiliki karang yang baik dan berpasir. Pantai Pangandaran salah satu di antaranya.
"Lobster itu butuh yang namanya tingkat kecocokan. Lobster yang dibudidaya dengan yang ditangkap di alam kan juga berbeda. Nah di Indonesia yang paling cocok itu seperti di Pangandaran dan Lombok Timur," ujar Riyanto.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kenapa Harga Lobster Bisa Sampai Semahal Harley Davidson?"