Ia pun mengatakan biaya administrasi top up senilai Rp1.000 ini, tidak diserap Ovo sebagai keuntungan, melainkan untuk menutupi beban operasional.
"Ovo bekerja sama dengan berbagai mitra seperti bank, penyelenggara switching, dan merchant, di mana Ovo sebagai perusahaan dikenakan biaya. Jadi, biaya top ini kami terapkan semata untuk mengurangi beban operasional dan infrastruktur kami," ungkap Karaniya.
Selain itu, jika dilihat pada gambar di atas, terdapat tulisan "Berlaku sampai 31 Januari 2021".
Jangan terkecoh, karena keterangan itu merupakan tanggal berakhirnya pengumuman tersebut, bukan tanggal berakhirnya kebijakan pembebanan biaya top up.
Ini bukan pertama kalinya Ovo mengubah kebijakan administrasi. Anggota dari Lippo Group ini juga sempat membebankan biaya transaksi tambahan kepada penggunanya pada 12 Desember lalu.
Kala itu, Ovo mulai membebankan biaya transaksi tambahan sebesar Rp 2.500 (sebelumnya gratis bagi pengguan Ovo Premier) jika pengguna ingin melakukan transfer dari Ovo ke rekening bank lain.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ovo Mulai Kenakan Biaya Top Up Rp 1.000"