TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ada berbagai analisis terkait pelemahan industri properti sejak tahun 2014 lalu.
Menurut Anton Sitorus, Head of Research and Consultancy Savills Indonesia, melemahnya sektor properti sejak tahun 2014 itu lebih karena opini yang berkembang dan bukan faktor teknis.
"Kita harus kembali berpatok pada angka, data-data, maupun kalkulasi perhitungan bisnis. Akhir tahun 2019 lalu sudah terlihat ada kenaikan dari sisi penyerapan unit apartemen, perkantoran, maupun harga sewa ruang komersial. Jadi hal tersebut yang digunakan, bukan opini yang sifatnya justru melemahkan pasar dan sayangnya itu sangat berpengaruh di sini,” ujarnya.
Dia menilai fundamental ekonomi di Indonesia cukup kuat untuk sektor properti bisa kembali running.
"Mengingat pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5 persen yang seharusnya dapat membuat sektor properti segera bangkit," kata dia.
Hanya, pelaku pasar perlu menjadikan berbagai data maupun indikator perekonomian yang baik untuk membuat analisis saat meluncurkan produk.
Infrastruktur
Dia menjelaskan, dari segi pandangan makro, sektor properti Indonesia masih sangat berpotensi untuk terus berkembang. Khususnya di wilayah dengan pengembangan infastruktur yang masif.
Riset Savills Indonesia memaparkan, perkembangan infrastruktur akan menaikkan nilai properti sekiranya mencapai 30 persen dan akan terus naik seiring progresnya.
Area yang memiliki potensi tersebut terdapat di wilayah koridor timur dari ibukota Jakarta yang mencakup Bekasi, Cikarang, Karawang, Purwakarta, dan sekitarnya.
Setidaknya terdapat 10 proyek infrastruktur di koridor timur yang sudah berjalan yakni, double-double track kereta Manggarai-Cikarang, proyek kereta ringan atau light rail transit (LRT), jalan tol Jakarta-Cikampek II Selatan, JORR 2 Cimanggis-Cibitung, kereta cepat Jakarta-Bandung, Pelabuhan Patimban, Bandara Karawang, Kawasan Ekonomi Khusus Bekasi-Karawang, Purwakarta, (Bekapur), rencana MRT tahap III Balaraja-Cikarang, hingga jalan tol layang
(elevated) Jakarta-Cikampek yang sudah mulai beroperasi sejak Desember 2019 lalu.
Menurut Pengamat Properti dan CEO Indonesia Property Watch, Ali Tranghanda, perkembangan wilayah koridor timur berhasil menarik perhatian.
Situasi ini difaktorkan masifnya pengembangan proyek infrastruktur yang didukung dengan basis ekonomi yang kuat karena wilayahnya beroperasi aktif sebagai kawasan industri.
Sebagai contoh yakni berbagai industri besar seperti MM 2100, Jababeka, Delta Silicon, dan Delta Mas.
Hal ini diperkuat dengan data Badan Pusat Statistik bahwa area Cikarang menyumbang 34,45 persen penanaman modal asing secara nasional dengan volume ekspor dari kawasan tersebut mencapai 45 persen.
“Infrastruktur yang terus dibenahi, basis ekonomi kuat dengan kawasan industri terbesar bahkan se-ASEAN, di sisi lain harga tanah di wilayah ini range-nya relatif lebih rendah berkisar Rp5 juta-Rp12 juta/m2, bandingkan dengan di koridor barat yang sudah mencapai Rp9 juta-Rp17 juta/m2. Melihat fakta-fakta ini koridor timur menjadi area yang sangat
potensial untuk menjadi pendorong sektor properti secara nasional,” jelas Ali.
LRT City – Green Avenue
Salah satu proyek pengembangan kawasan yang merespon situasi tersebut adalah LRT Bekasi- Green Avenue yang berlokasi di Jalan HM Joyomartono, Exit Tol Bekasi Timur No Km. 16.
Proyek ini merupakan hasil pengembangan PT Adhi Commuter Properti, anak usaha BUMN PT Adhi Karya (Persero) Tbk.
Dengan mengangkat brand LRT City, Green Avenue sebagai salah satu proyek yang dikembangkan turut mengusung konsep hunian berbasis transportasi masal atau menerapkan pendekatan transit oriented development (TOD)
seperti di kota-kota besar lainnya yakni Singapura dan Jepang.
Dengan pengembangan proyek infrastruktur yang masif dengan konsep hunian TOD, saat ini pembangunannya sedang berlangsung dan diperkirakan beroperasi pada tahun 2021.
Dibangun di atas lahan seluas 1,9 Ha, LRT City Bekasi - Green Avenue terdiri dari 3 tower apartemen.
Berlokasi hanya berjarak 30 meter dari transportasi LRT, Green Avenue juga berdiri tepat di seberang Exit Tol Bekasi Timur, dan disediakan titik pool Bus Transjakarta untuk menunjang konsep TOD.
Sarana penunjang lifestyle juga turut dihadirkan seperti ruang terbuka hijau, pusat perbelanjaan, Co-Working Space, Aqua Gym, Swimming Pool, dan fasilitas pendukung.
Selain Green Avenue, PT. Adhi Commuter Properti juga mempunyai proyek lain di sepanjang jalur LRT Jabodebek, KRL, dan busway, diantaranya adalah LRT City Bekasi - Eastern Green (Bekasi), LRT City Sentul - Royal Sentul Park (Bogor), LRT City Jatibening Baru - Gateway Park (Bekasi), LRT City Jakarta - Urban Signature (Jakarta Timur), Cisauk Point – Member of LRT City (Cisauk), LRT City MT Haryono - MTH 27 Office Suites & The Premiere MTH (MT Haryono), Rivia, Adhi City Sentul, serta Grand Central Bogor.