Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pakar Pemasaran sekaligus Presiden Markplus Inc, Hermawan Kartajaya menilai produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) lokal tidak bisa berbicara banyak, sekalipun akses impor terbesar dari Tiongkok tengah dibatasi pemerintah.
Kata Hermawan, permasalahannya pelaku UMKM tidak dapat menjemput bola, peluang yang ada tidak dimanfaatkan bahkan cenderung acuh.
“Kalau bisa ambil peluang ya mesti bagus (pasok dalam negeri, red). Tapi kalau tidak, yo mesti keliru. Wong sekarang ekspor biasa saja, tidak masuk global standart,” ucap Hermawan kepada Tribun di Kemenkop UKM, Jakarta, Senin (17/2/2020).
Hermawan mengakui dampak korona memang sedikit menguntungkan pemain UMKM lokal tetapi kalau hanya melihat peluang huga masih belum cukup.
Baca: Live Streaming Mola TV Chelsea vs Manchester United Liga Inggris, Akses Gratis di Sini
Baca: Peringatan Dini Cuaca Ekstrem 17-19 Februari 2020, Hujan Disertai Petir di Jabodetabek hingga Papua
Baca: Australia Akan Evakuasi 200 Warganya dari Kapal Diamond Princess Yang Dikarantina di Jepang
“Cuma bicara peluang ya bisa kalah. Kita bicaranya detail, melihat apa yang sebetulnya dibutuhkan pasar, produk apa, warna apa, desain seperti apa. Kan begitu kalau ekonomi sedang lemah jadi ndak cukup lihat peluang,” papar mantan Presiden World Marketing Association tersebut.
Menurutnya, terpenting adalah entrepreneurship perlu dikawinkan dengan marketing.
Hermawan berpendapat entrepreneur tanpa marketing tidak akan berhasil, sebaliknya marketing tanpa entrepreneur hanya akan sebatas teori.
“Jadi entrepreneur tidak dibarengi marketing, yo ngawur. Semangat tok, seperti startup-startup itu,” tuntasnya.
Sementara, Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki justru memandang pembatasan impor dari Tiongkok membuka peluang produk UMKM untuk memasok kebutuhan dalam negeri.
"Bagaimana produk UMKM ini menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Seperti wabah virus Corona ini, bisa memberi opportunity untuk subtistusi produk yang selama ini impor dari Tiongkok bisa disediakan di dalam negeri," ucap Teten.
Menkop berujar tengah menginvetarisir apa saja barang yang selama ini diimpor dan dibutuhkan dari Tiongkok, terutama di bidang konstruksi yang bisa disubtitusikan oleh UMKM.
"Nah produk makanan dan minuman juga akan digeser. Dari pada minum soda, mending minum kopi atau teh dari Indonesia produk petani kan?" cetusnya.