TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Trinitan Global Pasifik menyatakan tetap ‘on the right track’ pada tujuan bisnis utama serta tetap optimis dan berkomitmen membangun sektor ekonomi energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia.
Trinitan Global Pasifik tetap berkomitmen dalam bisnis membangun ekonomi energi terbarukan di Indonesia.
"Kami mendukung upaya pemerintah dalam penyediaan energi bersih dan terjangkau bagi masyarakat Indonesia, di tengah isu global tentang perubahan iklim dan meningkatnya tuntutan gaya hidup eco-living,” ujar Christopher Liawan, Direktur Trinitan Global Pasifik, di Jakarta (24/2/2020).
Pernyataan Christopher Liawan ini muncul untuk menanggapi pertanyaan atas dilepasnya sejumlah saham anak perusahaannya, PT Sky Energi Indonesia Tbk. (JSKY) di lantai bursa saham.
Padahal, Trinitanlah yang diketahui publik telah membidani lahirnya emiten yang bergerak di bidang pengembangan energi terbarukan melalui produksi solar panel itu.
Baca: Hadir Kompor Wood Pllet, Mbok Sugini Berharap Gunung Kidul Jadi Sentra Energi Terbarukan
Baca: Menhub Batal Rapat dengan Komisi V DPR karena Data Tak Lengkap
Baca: Pria Jepang Positif Tertular Virus Corona setelah Liburan di Indonesia, Ini Respons Kemenkes
Christopher menjelaskan hal ini merupakan langkah strategis untuk meningkatkan investasi di industri lain yang menyokong kebutuhan pertumbuhan JSKY.
“Penjualan saham itu melalui mekanisme repo (repurchase agreement) kepada beberapa pihak guna mendukung kinerja JSKY dalam mencapai target pendapatan Rp 1 Triliun di tahun 2020,” katanya.
Repo adalah mekanisme penjualan saham antara dua pihak yang diikuti dengan perjanjian dimana pada kemudian hari yang telah ditentukan saham itu akan dibeli kembali dengan harga tertentu yang telah disepakati.
Pengamat energi yang juga Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menilai, langkah yang dilakukan oleh PT Trinitan Global Pasifik merupakan bentuk dari sikap wait and see investor di sektor energi terbarukan.
"Menurut saya, mereka tidak benar-benar pergi, hanya wait and see saja, karena biar bagaimanapun potensi bisnis EBT di Indonesia masih sangat baik," katanya.
Menurut Mamit Setiawan, investor baiknya tidak perlu ragu berinvestasi, karena ada komitmen pemerintah untuk mengembangkan EBT.
Baca: PM Mahathir: Malaysia Belum Siap Gunakan Energi Nuklir
Baca: Rakor di Kemenkopolhukam, Mahfud-Basuki Bahas Progres Pembangunan PLBN Tahap II
Baca: Kemenkes Sebut Warga Jepang Bukan Terjangkit Virus Corona Usai dari Bali, Tapi SARS-CoV-2
Hal ini tercermin dari target bauran energi yang hendak dicapai pada 2025 yakni sebesar 23%.
Selain itu masuknya RUU EBT ke dalam daftar Prolegnas.
"Walaupun ada kesan pemerintah setengah hati, tapi setidaknya ada harapan dan titik terang bahwa EBT ini dikembangkan di Indonesia," jelasnya.
Pada penghujung 2019, Sky Energi Indonesia juga telah mengumumkan memperoleh kontrak proyek-proyek pembangkit tenaga listrik energi terbarukan di Papua dari PT PLN (Persero) dengan nilai kurang lebih Rp 300 miliar.
Dengan berbagai proyek ini, JSKY memproyeksikan akan meningkatkan laba bisnisnya menjadi Rp 106 miliar pada 2020.
Dan mendongkrak aset perusahaan menjadi Rp 717 miliar pada 2020 dari tahun sebelumnya sebesar Rp 607 miliar. Seiring dengan meningkatnya kapasitas produksi dan berbagai kontrak tender yang didapat.
PT Sky Energi Indonesia Tbk (JSKY) salah satu perusahaan andalan di dalam kelompok bisnis PT Trinitan Global Pasifik.
Fokus bisnis Trinitan Group meliputi sektor pembangunan ekonomi energi terbarukan (renewable energy) dan ekonomi hijau (eco-green), solar module, solar cell, smarthouse (eco Living), LED lighting (Smart Lighting), dan rancang bangun pembangkit listrik terbarukan.