TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat perekonomian bangsa tengah melemah karena terdampak pandemi Covid-19, kabar gembira datang dari sektor industri logam tanah air.
Rabu (10/4/2020), PT Tata Metal Lestari, produsen BJLAS (Baja Lapis Alumunium Seng) dan BJLS (Baja Lapis Seng) dalam negeri yang berlokasi di Kawasan Industri Delta Silicon Cikarang, untuk pertama kalinya mengekspor produk mereka ke beberapa negara, di antaranya Amerika, Puerto Rico, dan Kanada.
Direktur Industri Logam Kementerian Perindustrian, Dini Hanggandari pun mengapresiasi keberhasilan ini. Ia mengatakan, langkah ekspor merupakan langkah yang sangat tepat.
Pasalnya saat ini utilisasi baja tengah menurun hingga 50 persen karena pemerintah tengah terfokus dalam penanganan virus corona.
Namun sesuai tupoksi, Kemenperin tetap mengawal industri-industri baja agar tetap berjalan sehingga perekonomian tetap berdenyut.
“Pada dasarnya kalau untuk baja ini kita butuh untuk pemenuhan dalam negeri sendiri. Tapi jika ekspor dilakukan oleh industri yang produknya secara suplai sudah memenuhi kebutuhan dalam negeri, itu (ekspor) sebagai diversifikasi pasar. Jadi itu (ekspor) memang kita dorong,” terang Dini dikutip dari Kompas.com, Kamis (9/4/2020).
Dini menambahkan, guna mendorong terobosan ekspor ini pemerintah juga telah melakukan berbagai cara yang dapat memudahkan pelaku industri baja menembus pasar mancanegara.
Selain menjamin suplai bahan baku dalam negeri sehingga rantai pasok tetap terjaga, pemerintah juga punya fasilitas FTA dengan negara mitra untuk menurunkan bea masuk produk dari Indonesia.
Selanjutnya mengenai standar yang dibutuhkan untuk menembus pasar ekspor Dini menjelaskan, pada dasarnya SNI produk baja yang disusun dalam negeri sebagian besar juga sudah mengacu pada standar internasional.
“SNI yang disusun dalam negeri sebagian besar sudah mengacu pada standar JIS dan ASTM. Sehingga secara umum standar internasional dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri apabila industri tersebut sudah memenuhi SNI,” terangnya.
Sementara itu, Stephanus Koeswandi, Vice Presiden PT Tata Metal Lestari menuturkan, total nilai BJLAS dan BJLS yang diekspor kali ini mencapai 300 ton pada tahap awal. Namun untuk selanjutnya akan ditingkatkan menjadi 2000 ton – 3000 ton per bulan dengan nilai 1.6 – 2 juta USD.
Ia menambahkan, ekspor perdana ini menunjukan bahwa baja produksi PT. Tata Metal Lestari yang merupakan 100% milik Indonesia (PMDN) terbukti bisa bersaing di pasar internasional dan memiliki standard mutu yang diakui secara internasional pula.
“Ekspor perdana ini merupakan awal dari milestone bagi BJLAS (Baja Lapis Alumunium Seng) dan BJLS (Baja Lapis Seng) produksi PT Tata Metal Lestari agar diterima di pasar global. Produk-produk yang diekspor tentu memiliki spesifikasi yang berbeda, dimana juga menggunakan standar mutu yang berbeda pula, yaitu ASTM (American standard), JIS dan European Standard. Ini merupakan tantangan tersendiri bagi produsen baja nasional guna menyesuaikan ke beberapa standard mutu internasional pada produknya,” jelas Stephanus dalam siaran persnya, Rabu (8/4).
Stephanus berharap, langkah ekspor yang dilakukan PT Tata Metal Lestari juga dapat berkontribusi terhadap penerimaan Negara di tengah pandemi Covid-19 yang secara perlahan mengganggu roda perekonomian di semua lini.
“Ekspansi PT Tata Metal Lestari ke luar negeri serta penggunaan produk dalam negeri ini diharapkan dapat menurunkan defisit neraca perdagangan Indonesia, dan diharapkan akan memberikan kontribusi atau pengaruh yang positif terhadap devisa negara, utamanya di tengah menurunnya kondisi ekonomi dalam negeri akibat pandemi Covid-19 ” jelasnya.
Ia juga mengatakan, keberhasilan ekspor perdana ini tidak lepas dari dukungan Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan, dalam bentuk support kemudahan akses informasi untuk ekspor dan perijinan-perijinan yang dipermudah dengan sistim online. Diharapkan dengan dukungan kedua kementerian ini volume ekspor baja dapat ditingkatkan untuk menyeimbangkan neraca perdagangan, khususnya pada industri baja.