Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya pada 12 April lalu sepakat untuk mengurangi produksi minyak sebesar 9,7 juta barel per hari pada Mei dan Juni 2020.
Kemudian diikuti oleh pemangkasan produksi sebesar 7,7 juta per hari untuk paruh kedua tahun ini, dan 5,8 juta per hari hingga April 2022 mendatang.
Baca: Mudik Dilarang, Konsumsi BBM Diperkirakan Makin Anjlok
Dikutip dari laman Sputnik News, Jumat (24/2/2020), Bank Dunia pun telah merevisi perkiraan harga minyak untuk tahun 2020 ini menjadi 35 dolar Amerika Serikat (AS) per barel dari sebelumnya yang diprediksi 58 dolar AS per barel yang diharapkan terjadi bulan Oktober.
Sebelumnya, data perdagangan menunjukkan bahwa harga minyak West Texas Intermediate (WTI) melonjak sebesar 18 persen, dengan pertumbuhan sebentar mencapai 20 persen.
Sementara pada 20 April, harga minyak mentah WTI untuk pengiriman Mei jatuh ke posisi negatif untuk kali pertama dalam sejarah.
Perdagangan WTI pun ditutup negatif sebesar 37 dolar AS per barel.
Krisis yang disebabkan wabah virus corona (Covid-19) memang telah menghancurkan permintaan terhadap minyak di dunia, dengan banyak negara tunduk pada kebijakan kerja dari rumah atau work from home (WFH), penghentian sementara industri penerbangan, serta sepinya jalan dari aktivitas warga.
Baca: Pesawat Komersil Dilarang Terbang, INACA Sebut Maskapai Butuh Masa Transisi
Pada 11 Maret lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan wabah virus corona sebagai pandemi global.
Menurut Johns Hopkins University, lebih dari 2,6 juta orang di seluruh dunia telah dikonfirmasi terinfeksi penyakit ini, dengan korban kematian secara global mencapai 184.643.