Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perwakilan Forum Pramugari Marintan Ompusunggu bercerita kepada Tribunnews.com bahwa situasi industri penerbangan yang belum stabil membuat resah para awak kabin.
Menurutnya, kebanyakan pramugari tidak sampai hati untuk menyampaikan rasa kecemasannya tersebut.
"Saya beri tahu dampak ekonomi corona sangat dahsyat, karena itu berarti banyak airlines yang harus mengurangi jumlah pesawat berbadan besar secara signifikan," ungkapnya, Kamis (7/5/2020).
Dan berkurangnya jumlah pesawat, lanjut Marintan, mengakibatkan pengurangan jumlah cabin crew dan cockpit crew.
"Jadi semakin banyak unit pesawat menganggur yang dimiliki oleh maskapai akan berakibat pada PHK massal," aku dia.
Ia menegaskan situasi dilematis ini tidak hanya dirasakan oleh awak kabin nasional tetapi di seluruh dunia.
Marintan berujar bahwa banyak dari kerabat kerja satu profesi yang hanya bisa menunggu ketidakpastian kariernya.
"Ada banyak kolega saya yang bekerja di maskapai asing pun sedang menunggu kabar dari manajemen maskapai mereka, mengenai status kerja mereka. Apakah akan mendapat perpanjangan kontrak atau tidak," tuturnya.
Marintan menyebut dirinya dengan sejumlah awak kabin yang juga tidak tugas terbang untuk sementara waktu hanya mengisi kegiatan selingan.
"Efek corona ini memang sangat luar biasa awak kabin ada yang sampai forced unpaid leave (tidak digaji) atau suspended contract (PHK)," kata wanita yang juga aktif sebagai influencer di Youtube.
Kegiatan Selingan
Pramugari maskapai melakukan bergaram kegiatan selingan di saat beberapa perusahaan penerbangan terpaksa menghentikan operasional imbas pandemi Covid-19.
"Dari segi finansial, banyak crew yang berjualan online demi menambah penghasilan. Biasanya jualan makanan untuk menu berbuka puasa, ada juga yang jadi social media influencer dan endorse produk tertentu," cerita Marintan yang juga aktif mengisi konten Youtube.
Baca: 119 Perusahaan Jepang Mencatatkan Kebangkrutan per Kamis Ini
Baca: Sebelum Mundur, Hanafi Rais Sudah Kemasi Barangnya di DPR Sejak 2 Pekan Lalu
Ia menjelaskan kondisi berat dirasakan bagi awak kabin yang berkerja di maskapai internasional.
Di beberapa negara, industri penerbangan terpaksa berhenti beroperasi lantaran kebijakan lockdown.
"Lockdown ini berujung pada pengurangan jam terbang atau bahkan operasional pesawat yang diberhentikan. Tanpa jam terbang awak kabin hanya mendapat gaji pokok atau bahkan tidak sama sekali (unpaid leave)," tuturnya.
Marintan mengaku tidak habis ide yakni tetap mengisi kegiatan selingan positif.
"Kalau saya sendiri ikut kursus online dan membuat video di YouTube tentang tips menjadi pramugari," ujar dia.
Sebelumnya, Indonesia National Air Carriers Association (INACA), menyebut penyebaran virus corona atau Covid-19 memasuki masa sulit bagi industri penerbangan.
Ketua Umum INACA, Denon Prawiraatmadja mengatakan penuruan pendapatan sektor penerbangan untuk domestik mencapai 812 juta dolar Amerika atau sekira Rp 11 triliun dalam tiga bulan terakhir ini.
"Kemudian untuk kerugian pada penerbangan hingga 749 juta dolar Amerika atau sekira Rp 11 triliun, ucap Denon saat dihubungi Tribunnews, Jumat (24/4/2020).
Ia juga menambahkan, industri penerbangan juga mengalami penurunan penumpang domestik sekitar 44 persen dari Januari hingga Maret 2020.
"Sementara untuk penerbangan internasional mengalami penurunan penumpang, mencapai 45 persen dalam tiga bulan terakhir," ujar Denon.
Denon juga menjelaskan, penurunan penumpang itu diakumulasikan dari empat bandara besar di Indonesia yaitu Kualanamu (Medan), Soekarno-Hatta (Tanggerang), Juanda (Surabaya), dan Ngurah Rai (Bali).
"Kerugian juga dialami oleh para karyawan maskapai, yang banyak dirumahkan atau mengambil langkah cuti tanpa dibayar karena kegiatan operasi maskapai menurun," ucap Denon.
Denon mengharapkan pemerintah dapat segera mengatasi wabah Covid-19, dan memberikan keringanan kepada maskapai seperti biaya parkir pesawat, karena pesawat terpaksa tidak beroperasi.