Eks Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menambahkan, penggunaan tambahan pembiayaan termasuk untuk program pemulihan nasional ekonomi nasional.
"Ini yang sudah diatur didalam Perpu Nomor 1 Tahun 2020 pasal 11 dan juga ada di dalam Perpres 54. Untuk pendanaan ini akan dilakukan penerbitan SBN yang dalam hal ini tidak dilakukan secara khusus untuk Covid-19," katanya.
Pasar Domestik
Sri Mulyani mengatakan sampai dengan saat ini, sisa penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) yang masih perlu dilakukan adalah Rp 697,3 triliun dari kuartal II hingga kuartal IV 2020.
Sri Mulyani menyampaikan, pembiayaan ini akan dipenuhi melalui lelang di pasar domestik, di SBN ritel, private placement, dan penerbitan SBN.
"Semuanya masih terbuka dan kita akan melihat secara opportunistic kesempatan yang terjadi di market," ujarnya saat teleconference di Jakarta, Jumat.
Pada periode Mei sampai Desember 2020 ini rata-rata lelang SBN pemerintah, apabila memenuhi defisit 5,07 persen dari GDP, sebesar Rp 45 triliun per pekan.
"Per pekannya berkisar antara Rp 35 triliun hingga Rp 45 triliun. Surat Utang Negara (SUN) akan berkisar antara Rp 24 triliun sampai Rp 30 triliun dan SBSN (Surat Berharga Syariah Negara) akan berkisar antara Rp 11 triliun sampai Rp 15 triliun," kata Sri Mulyani. (tribunnetwork/yan)