Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah Republik Indonesia menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebagai upaya mencegah penyebaran pandemi coronavirus disease 2019 (Covid-19).
Namun, muncul dampak lain atas penerapan PSBB yang sulit dihindari. Hampir sama seperti yang dialami negara berkembang lainnya di dunia, pembangunan di Indonesia terhambat dan perekonomian terhambat.
Satu di antara yang terdampak, yaitu sektor konstruksi.
Hal ini, karena banyak proyek pembangunan dihentikan. Pembangunan menjadi tersendat karena sebagian besar anggaran pembangunan dialihkan penanganan Covid-19.
Sekjen Asosiasi Roll Former Indonesia (ARFI), Nicolas Kesuma, mengatakan di sektor konstruksi itu ada dua hal. Yang pertama retail dan yang kedua proyek. Saat ini keduanya terhambat.
"Banyak proyek pembangunan yang dibatalkan. Adapun yang masih on going (berjalan,-red), tetap dikerjakan karena kontrak dilakukan sebelum pandemi. Sementara di retail saat ini mengalami penurunan penjualan," kata dia, Kamis (14/5/2020).
ARFI sebagai wadah produsen besar produk akhir baja ringan di Indonesia melihat banyak toko yang tutup karena mengikuti aturan PSBB dan daya beli masyarakat yang memang tengah menurun.
Melihat kondisi ini, kata dia, banyak pekerja konstruksi menjadi korban. Tenaga kerja di proyek yang masih berjalan dikurangi. Pekerja di retail juga mengalami hal serupa.
Aplikator baja ringan yang selama ini menjadi pihak terdepan pada tumbuh kembang sektor baja ringan di negara ini, banyak yang kehilangan mata pencaharian. Kondisi ini menjadi perhatian para pengusaha, khususnya yang tergabung di ARFI.
Sementara itu, Ketua ARFI, Stephanus Koeswandi menambahkan, saat ini aplikator informal yang tergabung dalam asosiasi berjumlah 69 ribu pekerja yang tersebar di seluruh Indonesia.
Jumlah itu masih belum ditambah aplikator lain yang belum terdata dan pembantunya.
Untuk itu, ARFI tergerak untuk melakukan inisiatif guna meringankan beban mereka. Bertepatan dengan akan datangnya Hari Raya Idul Fitri, ARFI menyalurkan bantuan sosial berupa paket sembako kepada aplikator, khususnya yang masih bertahan di kota-kota besar karena tidak bisa pulang ke kampung halamannya.
"Aplikator ini pendapatannya kan ada yang harian dan sesuai kontrak. Karena proyek banyak yang dibatalkan, mereka ini jadi tidak ada penghasilan. Karena itu kami yang tergabung di ARFI, ada 12 perusahaan, melakukan insiatif untuk meringankan beban mereka dengan menyalurkan bantuan sosial yang bentuknya berupa sembako untuk mereka yang saat ini masih bertahan di kota besar," terang Stephanus kepada wartawan.
Untuk tahap awal sendiri, ARFI menyalurkan bantuan kepada 100 aplikator yang masih bertahan di sekitar Jabodetabek yang secara simbolis diserahkan Executif Director ARFI, Anggi Septiana di kawasan Cinere, Depok. Stephanus menambahkan, kebijakan ini nantinya juga akan diterapkan oleh seluruh anggota ARFI yang ada di berbagai wilayah di seluruh nusantara dengan tetap menjalankan protokoler yang ada.
Dia mengharapkan bantuan sosial ini bisa meringankan dan pandemi ini segara berakhir dan para pekerja bisa kembali berkarya. Kemudian saya himbau juga kepada para pekerja juga.
"Nantinya saat kondisi sudah pulih mereka bisa tetap menjalankan protokoler covid yang baik seperti tetap mencuci tangan, menggunakan APD lengkap saat bekerja dan sebagainya sehingga kesehatan mereka tetap terjaga," tambahnya