News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

IATA: Industri Transportasi Udara Diprediksi Bakal Pulih Pada 2023

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM - Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) mencatat permintaan untuk perjalanan udara telah merosot lebih dari 90 persen di Eropa dan Amerika Serikat sejak dimulainya pandemi virus corona (Covid-19).

Ini mengindikasikan bahwa lalu lintas penumpang tidak akan pulih ke tingkat sebelum krisis hingga setidaknya tahun 2023 mendatang.

Dikutip dari laman Russia Today, Minggu (17/5/2020), IATA mencatat, pemulihan akan lebih lambat terjadi jika sistem penguncian (lockdown) dan pembatasan perjalanan diperpanjang oleh banyak negara.

Direktur Jenderal sekaligus CEO IATA Alexandre de Juniac pun berharap beberapa penerbangan akan dilanjutkan pada musim panas.

"Kami meminta pemerintah untuk melakukan pendekatan bertahap untuk memulai kembali industri ini agar maskapai bisa terbang lagi," ujar de Juniac.

Menurutnya, tujuannya adalah untuk membuka kembali dan meningkatkan pasar domestik pada akhir kuartal kedua di 2020, serta membuka pasar regional seperti Eropa, Amerika Utara atau Asia Pasifik pada kuartal ketiga, dan pasar antarbenua pada musim gugur.

"Jadi, untuk musim panas kami berharap akan melihat penerbangan di Eropa kembali pulih, saya juga berharap dilakukannya proses kontrol yang sangat aman," kata de Juniac.

Kendati demikian, de Juniac mengingatkan bahwa suatu hal yang tidak mungkin jika pemerintah memperkenalkan aturan karantina wajib bagi wisatawan selama 14 hari pada saat kedatangan.

"Kami meminta pemerintah untuk tidak menerapkan tindakan karantina yang akan menahan para wisatawan yang tiba dari mana saja selama dua minggu. Kami pikir itu tidak efektif, yang perlu dilakukan saat ini adalah penerapan kontrol kesehatan dan sanitasi yang bisa kami diskusikan dengan pemerintah," tegas de Juniac.

Ia kemudian menambahkan bahwa periode karantina sama sekali tidak diperlukan, selama maskapai penerbangan dan bandara menerapkan praktik sanitasi dan pemantauan yang ketat.

"Apakah mungkin memiliki pesawat terbang yang terisi penuh penumpang dan tanpa risiko kontaminasi? Jawaban kami adalah ya, asalkan kami menerapkan kontrol dan proses sanitasi untuk penumpang sebelum penerbangan," papar de Juniac.

Kontrol kesehatan dan proses sanitasi yang dimaksud itu adalah dengan melakukan pengecekan suhu, mewajibkan penumpang mengenakan masker, membersihkan pesawat menggunakan desinfektan secara benar.

Lalu membatasi distribusi makanan, hingga membatasi bagasi kabin untuk menghindari proses naik dan turunnya penumpang yang menumpuk.

Banyak negara, termasuk diantaranya Australia, Selandia Baru, China, Spanyol, dan Inggris yang berpotensi menerapkan aturan karantina bagi pelancong internasional selama dua minggu pada saat kedatangan, dengan berbagai tingkat penegakkan hukum.

Hong Kong pun telah mengeluarkan gelang pelacak yang diawasi oleh negara, gelang ini harus dikenakan oleh para pendatang untuk memastikan mereka tidak meninggalkan wilayah karantina.

Perlu diketahui, maskapai global telah menderita kerugian yang belum pernah terjadi sebelumnya, karena pandemi corona yang melanda seluruh dunia.

Namun industri ini berharap bisa kembali terbang, seperti yang diwacanakan beberapa maskapai di dunia.

United Airlines telah menjadwalkan rute Eropa dan China pada Juni mendatang, sementara maskapai berbiaya rendah Eropa Ryanair berencana membuka kembali 40 persen rute penerbangannya pada 1 Juli 2020.

Selanjutnya, maskapai kelas atas Dubai, Emirates Airline akan memulai kembali sembilan rutenya mulai 21 Mei, dan Wizz Air akan memulai kembali rutenya dari bandara Luton London mulai 16 Juni.

Maskapai kelas atas Jerman Lufthansa pun turut merencanakan ekspansi layanannya pada Juni mendatang.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini