Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi XI DPR Mukhamad Misbakhun menilai Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati gagal membuat prediksi akurat tentang indikator ekonomi yang penting.
Penilaian Misbakhun itu didasari pada kondisi riil tentang angka Pertumbuhan Ekonomi dan pelebaran angka defisit.
Baca: PKS Kasih Nilai 4 untuk Pemerintah Pusat, Alasannya Kerap Bikin Aturan yang Membingungkan
Ia mengatakan, saat rapat DPR dan Sri Mulyani pada 30 April 2020 menyampaikan Pertumbuhan Ekonomi kuartal I 2020 di kisaran 4,5 persen sampai 4,7 persen.
“Ternyata pada 5 Mei 2020 BPS mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi kuartal I, pada tingkat 2,97 persen,” ujar Misbakhun dalam keterangannya, Jakarta, Senin (18/5/2020) malam.
Politikus Golkar itu juga mengkritisi Sri Mulyani yang baru saja mengkoreksi besaran defisit APBN 2020.
Di mana saat itu angka defisit dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2020 Tentang Perubahan Postur Dan Rincian APBN 2020 dipatok pada angka 5,07 persen dari produk domestik bruto (PDB).
“Namun Bu Menkeu dalam jumpa pers secara virtual Senin sore mengumumkan bahwa ada pelebaran defisit APBN menjadi 6,27 persen. Jadi defisitnya melonjak dari Rp 852,9 triliun menjadi sekitar Rp 1.028,5 triliun,” tutur Misbakhun.
Lebih lanjut Ia mengaku sudah sejak jauh-jauh hari menduga akan ada pelebaran angka defisit dari 5,07 persen sebagai prakiraan awal.
Sebab, pemerintah memang harus menghadapi pandemi virus corona atau Covid-19 yang berefek ke seluruh sektor perekonomian.
Namun, Misbakhun mengaku tak menyangka menteri keuangan mengkoreksi besaran defisit menjadi 6,27 persen.
Selain itu, wakil rakyat asal Pasuruan tersebut juga mengaku kaget karena Menkeu mengumumkan pelebaran angka defisit langsung ke media ketimbang menyampaikannya terlebih dahulu kepada DPR.
“Saat Komisi XI rapat terakhir dengan Menkeu sebelum memasuki masa reses sudah disampaikan bahwa sangat terbuka untuk menggelar rapat di luar masa sidang karena ada agenda penting dan mendesak terkait APBN dan Program Pemulihan Ekonomi Nasional,” ucap Misbakhun.
Oleh karena itu, Misbakhun menganggap Sri Mulyani gagal membuat prediksi yang tepat.
“Perubahan besaran defisit ini menjadi bukti bahwa Menteri Keuangan gagal melakukan prediksi yang akurat soal indikator ekonomi yang penting,” tegasnya.
"Jangan malah terkesan seenaknya membuat prediksi dan melakukan perubahan justru di saat postur angka-angka yang ada di APBN baru saja disusun,” sambungnya.
Baca: Modus Penipuan Komplotan Ibu Muda: Jual Parcel Lebaran Murah, 3 Bulan Raup Rp 1 Miliar
Misbakhun menyebut, kredibilitas dan kemampuan seorang menteri keuangan juga ditentukan ketepatan dalam menyusun prediksi dalam APBN.
“Menteri itu menjalankan mandat presiden. Jangan sampai karena Menkeu tidak bisa menyusun angka-angka dengan baik dan sering mengubah postur APBN membuat Presiden Jokowi menerima banyak kritik,” pungkasnya.