"Di situ kami jelaskan bahwa menggambarkan dari sisi medis, itu memang batik corona (menampilkan) gelembung ibaratnya (droplet) kalau orang bersin itu, yang kedua itu menggambarkan juga corona yang kita semprot dengan disinfektan."
"Jadi kita kena wabah kemudian ada upaya-upaya dari sisi medis itu apa misalnya dengan disinfektan atau jaga jarak," kata Alpha.
Alpha menjelaskan, makna dalam motif batik memang menjadi suatu hal yang penting.
Oleh karenanya, Alpha mengatakan, Batik Mahkota Laweyan tak sekadar menciptakan corak batik corona.
Namun juga menyampaikan makna di balik corak tersebut.
"Perlu diketahui, menurut SNI, yang disebut batik itu harus menggunakan lilin panas atau malam, alat utamanya canting atau cap, yang ketiga yang cukup penting itu batik harus mempunyai makna."
"Dari sinilah kami akhirnya tidak hanya sekadar membuat motif corona, kita harus bisa menjelaskan artinya motif ini apa," tutur Alpha.
Baca: Realokasi Anggaran Kemenperin, Rp 92 Miliar Akan Disalurkan untuk IKM
Sementara itu, Alpha mengatakan batik motif corona ini masih dalam proses pengembangan.
"Kami sebetulnya sedang dalam proses untuk kami kembangkan, kami baru membuat master-masternya, nanti bisa kita kembangkan," ungkapnya.
Alpha menyebutkan, batik motif corona ini dikerjakan oleh sekitar empat pengrajin.
Ia pun menceritakan bahwa batik corona ini juga merupakan pesanan pelanggan yang akhirnya membuat Batik Mahkota Laweyan kembali bangkit.
"Ini baru dalam proses (pemasaran), ini juga jadi awal bangkitnya kami karena ada yang pesan (batik motif corona)."
"Kebetulan itu juga jadi inspirasi bagi kami," kata Alpha.
Alpha menjelaskan, dalam pembuatan batik motif corona ini, Batik Mahkota Laweyan bekerja sama dengan Batik Toeli Laweyan dan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).