TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT PLN (Persero) mencatat kenaikan penjualan listrik sebesar 0,95 persen atau 1,129 GWh dari 118,522 GWh pada semester I tahun 2019 menjadi 119,651 GWh pada semester 1 tahun berjalan.
Hal ini menjadikan pendapatan dari penjualan listrik perseroan masih tumbuh 1,5 persen atau Rp 1,96 triliun dari Rp 133,45 triliun pada semester I tahun 2019 menjadi Rp 135,41 triliun.
"Semua ini diperoleh dengan tarif tenaga listrik yang tidak mengalami perubahan sejak 2017," ujar
Executive Vice President Corporate Communication and CSR PLN Agung Murdifi, dalam keterangan tertulis, Selasa (28/9/2020).
Secara keseluruhan, sepanjang semester I tahun 2020, Perseroan mampu membukukan pendapatan usaha Rp 139,78 triliun meningkat 1,6 persen dibandingkan semester I tahun lalu.
EBITDA perusahaan semester I tahun 2020 senilai Rp 35,29 triliun dengan EBITDA Margin sebesar 21,4 persen.
Peningkatan penjualan listrik didukung oleh pertumbuhan jumlah pelanggan ,dimana sampai dengan akhir Juni 2020 telah mencapai 77,19 juta atau bertambah sebanyak 3,59 juta pelanggan dari posisi akhir Juni 2019 sebesar 73,6 juta pelanggan.
Untuk meringankan beban kelompok masyarakat yang paling terdampak, Pemerintah memberikan stimulus dalam bentuk keringanan biaya listrik kepada pelanggan PLN daya 450 VA dan 900VA bersubsidi.
Program pembebasan tagihan dan keringan pembayaran tersebut dimaksudkan untuk melindungi masyarakat yang paling terdampak pandemi.
Sesuai dengan surat Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melalui surat No.707/26/DJL.3/2020 tanggal 31 Maret 2020.
Sementara itu, untuk pertumbuhan infrastruktur ketenagalistrikan sampai dengan Juni 2020, perusahaan telah menambah kapasitas terpasang pembangkit sebesar 1.285,2 Mega Watt (MW), jaringan transmisi khususnya untuk evakuasi daya pembangkit yang telah beroperasi mengalami peningkatan sepanjang 950,9 kilometer sirkuit (kms), dan penambahan kapasitas Gardu Induk sebesar 2.890 Mega Volt Ampere (MVA).