TRIBUNNEWS.COM - PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) sebagai bagian dari Holding Migas Pertamina dan perannya sebagai sub holding gas, berkomitmen untuk ikut andil dalam upaya pemulihan perekonomian nasional.
Hal ini disampaikan oleh Direktur Komersial PGN, Faris Aziz dalam diskusi publik yang diselenggarakan oleh Majelis Nasional KAHMI yang membahas tentang peran BUMN sektor energi dan pertambangan dalam pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi COVID-19, (28/7/2020).
Faris menjelaskan bahwa bisnis migas adalah bisnis padat modal. PGN sebagai badan usaha di midstream, memerlukan keberlanjutan jangka panjang terhadap bisnis ini. Oleh karena itu, PGN tentu harus bisa mengelola take or pay dari pemasok hulu, sementara demand di hilir cenderung mengalami penurunan.
“Demand mengalami penurunan yang cukup tajam, khususnya di bulan April dan Mei 2020, yaitu sekitar 15 persen, sehingga PGN harus bisa menata kembali pengelolaan bisnis dan memastikan kehandalan infrastruktur yang ada,” ungkap Faris.
Meski sempat mengalami penurunan demand, Faris mengungkapkan bahwa supply gas untuk sektor-sektor industri pada bulan Juni 2020 sudah mulai meningkat. Pada periode Januari - Februari 2020, sebetulnya sudah lebih baik dari tahun 2019.
Kemudian mulai bulan Maret 2020, kondisi COVID-19 sudah mulai menimbulkan dampak sehingga suplai PGN menurun.
Selanjutnya, Faris juga menjelaskan program-program yang dilaksanakan PGN sebagai BUMN untuk memberikan andil dan dukungan agar pemulihan ekonomi nasional.
Pertama, implementasi Kepmen ESDM 13/2020 yaitu regasifikasi dan konversi PLTMD milik PLN di 52 lokasi dalam beberapa tahun ke depan. Tugas PGN secara khusus adalah mempercepat pelaksanaan melalui Quick Win di 3 lokasi utama yaitu PLTMD Nias, Tanjung Selor dan Sorong.
Berikutnya, PGN berupaya untuk memasok lebih banyak gas sebagai energi untuk pembangkit yang ada di refinery Pertamina melalui gasifikasi Kilang Pertamina. Potensi demand di sana akan diupayakan sesegera mungkin, sehingga refinery Pertamina bisa lebih efisien dalam mengelola kegiatan bisnisnya.
“Ada dua proyek utama yaitu tambahan pasokan di Kilang Refinery Unit VI Balongan dan Refinery IV Cilacap. Seiring dengan adanya RDMP Kilang Pertamina, terutama di Balikpapan, kami sudah melakukan persiapan untuk bisa memastikan ketersediaan tambahan pasokan, termasuk kerja sama dengan pemasoknya dari Pertamina Hulu, Mahakam, maupun Pertamina Hulu Indonesia,” jelas Faris.
Pada sisi pembangunan infrastruktur, Faris mengakui bahwa memang tidak mudah melaksanakannya di era Covid-19 ini. Tapi ada beberapa proyek infrastruktur yang memang sudah berjalan sebelum pandemic dan secara konsisten akan diselesaikan oleh PGN, yang diantaraya adalah pembangunan jaringan pipa transmisi Gresik-Semarang.
Selain itu, PGN juga akan mencoba menyederhanakan pola supply dan melakukan integrasi jaringan pipa dari Sumatra ke Jawa dengan menyambungkan pipa SSWJ (South Sumatera West Java) dengan pipa WJA (West Java Area).
Secara keseluruhan, pengembangan ruas pipa transmisi oleh PGN mencapai 741 km. Faris berharap, proyek ini bisa berjalan tepat waktu, sehingga pada waktunya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat secara luas, termasuk industri-industri yang ada.
Berikutnya adalah program strategis jaringan rumah tangga (Jargas) yang akan dilaksanakan oleh PGN melalui program mandiri maupun APBN. Pemerintah menargetkan ± 4 juta sambungan gas rumah tangga dalam beberapa tahun ke depan.