News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Perusahaan Rokok Elektrik Ini Gunakan Pemindai Wajah Cegah Anak-anak Belanja

Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Willy Widianto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perusahaan startup yang sedang berkembang, RELX Teknologi terus mengembangkan teknologi dan inovasi rokok elektrik.

Salah satu yang mutakhir adalah artificial intelligence untuk meningkatkan tindakan pencegahan kaum muda, sebuah program yang disebut project sunflower.

Teknologi tersebut akan disematkan kepada mesin penjual otomatis yang mengadopsi teknologi pengenalan wajah untuk memastikan hanya pelanggan dewasa yang dapat melakukan pembelian.

Baca: Catat, Pengguna Vape dan Perokok Lebih Rentan Tertular Covid-19

"Anak di bawah umur tidak diizinkan memasuki toko RELX, dan kamera pemindai wajah di dalam toko akan mengirimkan peringatan kepada staf toko RELX jika anak di bawah umur memasuki toko. Setiap konsumen yang dicurigai dibawah umur dan tidak dapat menunjukkan identifikasi yang valid akan diminta untuk meninggalkan toko RELX," ujar Global Head Of External Affairs & Indonesia GM at RELX Technology, Jonathan Ng saat webinar, Rabu(19/8/2020).

RELX juga menggunakan data GPS dalam memilih lokasi untuk penyimpanannya, untuk memastikan lokasinya tidak terlalu dekat dengan sekolah.

Tidak hanya itu RELX juga mendukung legislasi dan regulasi yang efektif untuk mencegah pembelian dan penggunaan produk oleh anak di bawah umur. Kemasan RELX menyertakan label nikotin terkemuka yang bertuliskan 'produk ini mengandung nikotin'.

Baca: Bermula dari Riset, Perusahan Bioteknologi Ini Berhasil Ciptakan Vape Berbahan Rempah

"Nikotin adalah bahan kimia yang membuat ketagihan. Peringatan seperti 'Jauhkan dari anak di bawah umur' pun dicetak pada kemasan semua produk RELX. Semua toko yang menjual produk RELX diharuskan memasang poster peringatan yang jelas. RELX juga menerapkan sistem penalti yang ketat pada pengecer atau operator toko yang melanggar aturan," kata Jonathan.

Lebih jauh Jonathan menjelaskan RELX mengoperasikan lab standar CNAS pertama yang dimiliki oleh merek rokok elektronik independen.

Berlokasi di Shenzhen, Cina, lab tersebut menerapkan standar industri paling ketat di dunia untuk produk rokok elektrik. Lab milik RELX juga memastikan keandalan dan kualitas e-liquid dan perangkat RELX.

"RELX terus berinvestasi dalam desain produk, desain teknik, teknologi pengenalan wajah, pengembangan e-liquid, dan penelitian kimia dasar. RELX juga telah mengembangkan lebih dari 30 teknologi inovatif secara independen dan telah mengajukan lebih dari 400 paten.Ilmuwan RELX juga melakukan pengujian sesuai dengan standar AFNOR XP D90-300-3 Prancis, yang diakui secara global. Tim R&D RELX Technology juga menetapkan tolok ukur independen yang lebih ketat daripada AFNOR," kata Jonathan.

Tidak hanya fokus berbisnis, lanjut Jonathan, RELX juga fokus pada tanggung jawab sosial terkait rokok elektrik. Sejak awal bisnisnya, RELX mencetuskan ‘The Guardian Program’ untuk menegaskan komitmennya dalam mencegah penggunaan rokok elektrik bagi anak di bawah umur dan orang yang tidak merokok.

‘The Guardian Program’ adalah inisiatif seluruh perusahaan yang mencakup mulai dari pengembangan produk hingga penjualan, dan mencakup RELX yang bekerja dengan pengecer dan karyawan di dalam toko untuk meningkatkan verifikasi usia, sehingga produk tidak jatuh ke tangan anak-anak dan non-perokok.

RELX juga mendirikan Golden Shield Program pada Agustus 2019 untuk membantu mencegah produksi dan penjualan barang rokok elektronik ilegal.

Anggota Golden Shield Program RELX bekerja dengan platform media sosial, online, platform e-niaga online, Administrasi China untuk Industri dan Perdagangan, dan otoritas lokal di seluruh China untuk menghilangkan produk vaping palsu dari pasar. Program tersebut telah membantu pihak berwenang China menyita 48.000 produk rokok elektronik palsu.

RELX lanjut Jonathan secara mandiri mengembangkan dan memproduksi rokok elekriknya sendiri. Hal ini dilakukan di pusat Penelitian dan Pengembangan (Litbang) dan pabrik demi menyediakan alternatif yang lebih baik bagi perokok dewasa yang memiliki keinginan untuk berhenti.

Dari data Public Helath England dikatakan bahwa rokok elektrik 95 persen lebih tidak berbahaya bagi kesehatan daripada rokok konvensional.

Kondisi itulah yang mendorong RELX untuk meningkatkan kehidupan perokok yang merasa sulit untuk berhenti merokok, dan merancang produk yang memungkinkan mereka mengadopsi alternatif yang lebih baik.

Perusahaan yang mendirikan gerai pertamanya di Indonesia di Lotte Shopping Avenue pada September 2019 dan kini telah membuka lima cabang lainnya di beberapa provinsi di Indonesia, sedang fokus untuk menata ulang pengalaman konsumen dalam mengonsumsi nikotin.

"Menggunakan kekuatan teknologi dan desain dengan pendekatan yang berpusat pada manusia, RELX bertujuan untuk memberikan pengalaman produk dan pelanggan yang terbaik," kata Jonathan.

Didirikan pada Januari 2018 oleh mantan Pimpinan Uber China Kate Wang, RELX adalah merek rokok elektronik terkemuka di Asia. RELX merancang produk rokok elektriknya sendiri di
Research and Design Center terdepan di Shenzhen, China.

Misi menyeluruh RELX adalah memenuhi tujuannya untuk memberdayakan perokok dewasa melalui teknologi dan sains,
secara etis.

RELX adalah singkatan dari Responsibility, Empathy, Leadership, dan Experience. Sebagai salah satu perusahaan rintisan teknologi dengan pertumbuhan tercepat di Asia-Pasifik dengan operasi global, nilai-nilai inti ini sangat penting untuk fondasi perusahaan.(Willy Widianto)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini