News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Saham-Saham Bisa Dilirik karena Tahan Banting di Saat Resisi

Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jurnalis berada di depan layar pergerakan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta Selatan, Kamis (10/9/2020).

TRIBUNNNEWS.COM,  JAKARTA -  Indeks sektor barang konsumsi masih menjadi indeks jawara dengan koreksi paling minim.

Mengutip data statistik Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks sektor consumer goods hanya terkoreksi 12,01 %, lebih rendah dari koreksi yang menimpa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang bahkan masih anjlok 23,13% sejak awal tahun atau secarayear-to-date (Ytd).

Pelemahan yang menimpa indeks barang konsumsi juga tidak separah indeks sektoral lain, seperti properti dan real estate yang anjlok hingga 32,84% serta indeks sektor aneka industri yang terkoreksi hingga 31,81%.

Jika ditilik, sebenarnya indeks sektor barang konsumsi tertolong oleh sejumlah saham produsen makanan dan minuman, yang beberapa diantaranya masih mencatatkan pertumbuhan positif.

Saham PT Mayora Indah Tbk (MYOR) misalnya, mencatatkan return positif 15,61% secara ytd. Produsen air minuman dalam kemasan (amdk), PT Akasha Wira International Tbk (ADES) masih menguat 6,7% sejak awal tahun.

Baca: Banjir Sentimen Negatif Tekan IHSG, Sektor Pertanian dan Pertambangan Ambruk

Dua jawara emiten produsen makanan dan minuman, yakni PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) serta PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) memang masih terkoreksi sejak awal tahun.

Namun, koreksi yang menimpa dua saham grup Salim ini masih berada di bawah koreksi sektoral dan IHSG, yakni masing-masing melemah 10,09% dan 9,42% sejak awal tahun.

Analis Pilarmas Investindo Sekruitas Okie Setya Ardiastama menilai, performa emiten sektor makanan dan minuman pada tahun ini dapat lebih baik dibandingkan sektor lain.

Hal ini tidak dapat terlepas dari produk yang dihasilkan, yang berkaitan dengan barang konsumsi pokok (staple food).

Pada tahun ini, Okie melihat prospek emiten sektor makanan dan minuman penghasil makanan pokok masih dapat bertumbuh, meskipun pertumbuhannya tidak signifikan. Dus, emiten produsen makanan seperti ICBP, MYOR, dan PT Buyung Poetra Sembada Tbk ( HOKI) memiliki peluang bertumbuh yang lebih baik pada tahun ini dibandingkan emiten sejenis.

Meski demikian, Okie menilai emiten dengan porsi pendapatan ekspor yang cukup mendominasi berpeluang mengalami penurunan pertumbuhan  kinerja saat ini.

Hal ini sebagai dampak dari pengetatan wilayah di sejumlah negara sepanjang semester pertama, yang hingga saat ini kondisi tersebut  belum juga berangsur lebih baik.

“Sehingga, kami menilai emiten eksportir masih berpeluang tertekan pada kuartal ketiga tahun ini,” ujar Okie kepada Kontan.co.id, Kamis (24/9).

Baca: RUU Cipta Kerja Dinilai Bakal Percepat Hilangnya Hutan di Indonesia

Natalia Sutanto, Analis Danareksa Sekuritas mengatakan, sektor konsumen akan tetap tangguh meski diterjang sentimen penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di DKI Jakarta. Dalam pandangan Natalia, PSBB yang diterapkan selama dua minggu ke depan hanya akan memberikan dampak yang relatif ringan pada sektor konsumen.

“Tidak ada batasan untuk pengoperasian saluran ritel yang menawarkan kebutuhan pokok, kebutuhan sehari-hari, dan produk terkait kesehatan,” terang Natalia dalam riset, Selasa (15/9).

Natalia menilai, untuk menopang daya beli, pemerintah telah memberikan sejumlah stimulus, mulai dari menganggarkan dana total Rp 204 triliun untuk bantuan sosial, dengan realisasi pada awal September 2020 mencapai 56%.

Ini termasuk bantuan tunai Rp 600.000 per bulan untuk pekerja dengan gaji bulanan maksimum Rp 5 juta, pelatihan pra-kerja dengan  bantuan senilai Rp3,5juta untuk periode 4 bulan, serta subsidi listrik untuk pelanggan 450Kva hingga 900 Kva.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini