Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, Indonesia sebelumnya pernah mengalami deflasi berturut-turut yang terjadi pada tahun 1999.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, pada waktu itu terjadi deflasi mulai Maret sampai September, sehingga pada tahun 1999 terjadi deflasi berturut-turut selama 7 bulan.
"Sementara, pada Juli hingga September 2020 ini juga telah terjadi deflasi berturut-turut 3 bulan," ujarnya saat konferensi pers virtual, Kamis (1/10/2020).
Baca: BPS: Deflasi Terjadi Berturut-turut Selama 3 Bulan dari Juli hingga September 2020
Kemudian, lanjut dia, inflasi inti yang 1,86 persen secara tahunan atau year on year (yoy) juga menjadi terendah sejak pertama kali dihitung pada 2004.
Suhariyanto menjelaskan, BPS bersama Bank Indonesia pertama kali menghitung angka inflasi inti itu pada 16 tahun yang lalu.
"Jadi, inflasi inti 1,86 persen pada September 2020 ini adalah terendah sejak 2004. Waktu itu, ketika pertama kali kita menghitung inflasi inti," katanya.
Di sisi lain, dia menilai deflasi berturut-turut ini merupakan tanda bahaya, sehingga harus diwaspadai dari sisi permintaan masyarakat.
Sebab, deflasi sebesar 0,05 persen pada September 2020 kalau dilihat dari sisi pasokan itu cukup, namun ada penurunan berbagai harga komoditas.
Di sisi lain, kewaspadaan juga dilihat dari inflasi inti yang terus menurun sejak bulan Maret 2020 karena daya beli masyarakat jatuh.
"Jadi, sudah terlihat bahwa inflasi intinya adalah sebesar 1,86 persen itu rendah. Menunjukkan memang daya beli kita masih sangat sangat lemah," pungkas Suhariyanto.
Di sepanjang kuartal III 2020, Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami deflasi dalam tiga bulan berturut-turut.
Menurut catatan Badan Pusat Statistik, deflasi berturut-turut pada kuartal III 2020 dimulai pada Juli 2020 yang sebesar 0,10 persen month to month (mom), Agustus 2020 0,05 persen mom, dan teranyar September 2020 yang juga mencatat deflasi 0,05 persen mom.