Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Harga minyak mentah di perdagangan pasar global kembali mencatatkan lonjakan, naik lebih dari 1 persen di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik akibat perang antara Rusia dan Ukraina.
Mengutip dari Channel News Asia, harga minyak mentah Brent naik 96 sen, atau 1,3 persen, hingga harganya dibanderol menjadi 73,77 per dolar AS.
Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 99 sen atau 1,4 persen, menjadi 69,74 dolar AS per dollar, Kamis (21/11/2024).
Lonjakan harga minyak dunia terjadi setelah invasi Rusia di Ukraina menarik perhatian investor, terbaru Ukraina mulai membombardir wilayah perbatasan Rusia dengan menggunakan rudal jarak jauh ATACMS yang dipasok dari AS.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Turun Menjadi 67 Dolar AS: Penyebab dan Implikasi
Serangan Ukraina turut dikonfirmasi langsung oleh Kementerian Pertahanan Rusia. Dalam pernyataan resminya mereka melaporkan bahwa Angkatan Bersenjata Ukraina telah menyerang fasilitas penting Rusia wilayah Bryansk dengan enam rudal balistik ATACMS.
Serangan itu dilakukan pada awal pekan kemarin, sejauh ini tidak ada korban jiwa atau kerusakan fatal akibat serangan tersebut. Namun pecahan rudal yang jatuh di area teknis fasilitas militer telah memicu kebakaran di sekitar fasilitas Bryansk.
Ketegangan ini lantas memicu kekhawatiran para investor hingga mereka kompak melakukan wait and see, membuat harga minyak meroket ke level tertinggi di pekan ini.
"Untuk minyak, resikonya adalah jika Ukraina menargetkan infrastruktur energi Rusia, sementara risiko lainnya adalah ketidakpastian mengenai bagaimana Rusia menanggapi serangan ini," kata analis ING dalam sebuah catatan.
Sebagai informasi, sejak pertengahan Oktober lalu harga minyak telah berfluktuasi antara naik dan turun. Selain dipengaruhi kondisi geopolitik yang memanas, fluktuasi minyak terjadi karena berbagai faktor termasuk tanda-tanda pemangkasan pasokan minyak OPEC.
Dalam laporannya OPEC mengumumkan rencana pemangkas untuk pertumbuhan permintaan minyak global pada tahun 2024 sebesar 1,82 juta barel per hari (bph) pada tahun 2024, turun dari perkiraan pertumbuhan sebesar 1,93 juta bph bulan lalu.
Penyusutan permintaan minyak global terjadi buntut dari kebijakan pemerintah China, selaku importir minyak mentah terbesar di dunia yang memangkas impor minyak mentah China untuk sembilan bulan pertama tahun, turun hampir 3 persen dari tahun lalu menjadi 10,99 juta bph.
Imbasnya, OPEC terpaksa bergabung dengan sejumlah negara lain yang untuk memangkas proyeksi untuk tahun ini dan tahun depan selama tiga bulan berturut-turut. Meski pemangkasan minyak di klaim dapat menyelaraskan permintaan global, namun cara ini telah membuat harga minyak anjlok ke level terendah.
Akan tetapi setelah Trump menang sebagai Presiden Terpilih AS, perlahan aset dollar mulai mencapai rekor tertinggi. Kenaikkan ini yang kemudian mengerek harga minyak mentah di perdagangan global.