News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Merger Bank Syariah

Pengamat: Merger Bank Syariah BUMN Jadi Momentum Bersejarah Sistem Perbankan Indonesia

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Baris belakang (kiri - kanan): Sis Apik Wijayanto (Direktur Hubungan Kelembagaan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk), Sunarso (Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk), Royke Tumilaar (Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk), Kartika Wirjoatmodjo (Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara), Hery Gunardi (Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk), Catur Budi Harto (Wakil Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk), Pantro Pander Silitonga (Direktur Bisnis Indonesia Financial Group). Baris depan (kiri - kanan): Abdullah Firman Wibowo (Direktur Utama PT Bank BNI Syariah), Toni EB Subari (Direktur Utama PT Bank Syariah Mandiri), Ngatari (Direktur Utama PT Bank BRIsyariah Tbk) Setelah penandatanganan Conditional Merger Agreement untuk Integrasi dan Peningkatan Nilai Bank Syariah milik BUMN, di Jakarta, Senin (12/10) .

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Politik dan Ekonomi Islam Muhammad Najib mengatakan upaya Menteri BUMN Erick Thohir menggabungkan bank syariah BUMN ke dalam satu perbankan syariah merupakan momentum bersejarah.

Menurutnya, Erick telah mengambil keputusan besar atas penggabungan Bank Syariah BUMN itu, hal ini merupakan tonggak sejarah ke-2 terhadap proses Islamisasi sistem perbankan di Indonesia.

"Sejak ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) muncul, mereka kemudian bisa meyakinkan Presiden Soeharto kala itu, sehingga tonggak sejarah pertama ditancapkan oleh Orde Baru ketika Soeharto mengizinkan berdirinya bank syariah yang kemudian diikuti oleh lahirnya Bank Muamalat," ujar Najib kepada wartawan Selasa (20/10/2020).

Najib menambahkan,selama ini masyarakat ekonomi kecil dan menengah sangat terbantu oleh adanya Bank Syariah, termasuk kelompok santri yang masih enggan menyimpan uangnya di Bank konvensional.

Bank syariah juga diyakini memiliki daya tahan dari sejumlah ancaman krisis ekonomi yang akhir-akhir ini mengancam sejumlah bank konvensional.

“Sebelumnya mereka berpikir bagaimana aman secara agama. Tapi kan kemudian mereka mendapat banyak produk-produk yang menarik. Misalnya asuransi syariah, kemudian bagi mereka yang mau umroh, haji bisa mendapatkan berbagai kemudahan, dan seterusnya," kata Najib.

"Dibanding kalau mereka harus menabung sendiri, untuk bisa menunaikan minatnya untuk beribadah," ucapnya.

Baca juga: Merger Tiga Bank Syariah BUMN, Anggota Komisi XI: Harus Jadi Bukti Keberpihakan Terhadap UMKM

Dari sisi aset modal, per Juni 2020, total aset dari ketiga bank syariah BUMN ini senilai Rp214,6 triliun. Sedangkan empat tahun pasca merger, diproyeksikan aset bank hasil merger akan jadi Rp390 triliun atau tumbuh 73,3 persen pada 2025.

Pertumbuhan aset ini seiring dengan pembiayaan yang akan mencapai Rp 272 triliun dan penghimpunan dana senilai Rp 335 triliun pada 2025.

Menurut Najib, nilai aset merger yang dimiliki Bank Syariah BUMN akan luar biasa besar, tinggal bagaimana mengoptimalisasi berbagai produk baru yang ditawarkan sehingga bisa menguntungkan antara pihak nasabah dan bank.

Najib berharap para direksi Bank syariah BUMN itu mampu menerjemahkan keputusan Erick Thohir dengan tepat, agar bisa memberikan manfaat kepada masyarakat luas, khususnya kepada usaha kecil dan menengah

Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir segera menggabungkan tiga Bank Syariah anak usaha BUMN, yaitu BNI Syariah, BRI Syariah dan Bank Syariah Mandiri, ketiga bank ini telah melakukan penandatanganan Conditional Merger Agreement (CMA) Bank BUMN Syariah.

Dengan penggabungan itu diharapkan tercipta bank syariah nasional terbesar di dunia yang mampu mendorong tujuan ekonomi syariah dalam mewujudkan keadilan bagi umat Islam di Indonesia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini