TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebanyak 35 perusahaan pembiayaan mendapat penghargaan dari Indonesia Best Multifinance Award 2020 (IBMA 2020).
Ajang ini disebutkan menjadi bentuk apresiasi bagi industri pembiayaan.
Diketahui, pandemi telah merestrukturisasi semua elemen perekonomian di dunia, termasuk juga di Indonesia.
Industri Jasa Keuangan (IJK) sebagai backbone aktivitas perekonomian domestik sejauh ini juga terus mengalami tekanan, sehingga menuntut para pelaku industrinya untuk dapat tetap bertahan dengan beragam dan strategi dan inovasinya.
Baca juga: Nasabah Kesulitan Bayar Cicilan di Perusahaan Pembiayaan Melonjak
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa di tengah berbagai tekanan yang datang, kinerja industri multifinance dalam negeri masih mampu bertahan di nilai mencapai Rp 518 triliun.
“Ini jelas prestasi yang patut diapresiasi, meski juga kita tahu tantangan ke depan masih demikian berat. Kita berharap pada triwulan kedua tahun depan perekonomian sudah bisa tumbuh kembali sekitar 4,5 persen,” kata Komisaris Utama sekaligus founder Warta Ekonomi, Fadel Muhammad saat membuka Indonesia Best Multifinance Award 2020, Selasa (27/10/2020).
“Dari sini, kita semua juga butuh dukungan dari berbagai sektor industri, termasuk dari industri multifinance sebagai bounce back agar perekonomian bisa membaik kembali,” tambah dia.
Baca juga: Pemerintah Buka Akses Pembiayaan dan Pemasaran Perikanan di Tengah Pandemi
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), Suwandi Wiratno, juga menyatakan optimismenya terhadap potensi dan kemampuan industri multifinance bertahan menghadapi tekanan pandemi ini.
Suwandi menyatakan bahwa berdasarkan catatan asosiasi per Agustus 2020 lalu nilai piutang pembiayaan nasional minus 12,86 persen.
Lalu pembiayaan investasi yang juga berkontribusi cukup besar terhadap kinerja industri juga masih minus 12,24 persen.
Sedangkan pembiayaan multiguna justru sedikit lebih besar penurunannya, yaitu tercatat mencapai 13,4 persen.
“Di lain pihak kita bisa melihat penjualan mobil dan motor secara nasional juga turun drastic, bahkan sempat menyentuh angka 10 persen dibanding nilai rata-rata normal sebelum pandemi. Sedangkan kita tahu, mau tidak mau, faktanya industri pembiayaan kita sebesar 65 persen masih bergantung pada penjualan kendaraan bermotor,” ujar Suwandi.
Namun demikian, Suwandi menegaskan bahwa para pelaku industri multifinance nasional masih tetap optimistis dalam melihat peluang perbaikan di tahun 2021 mendatang.