Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Wabah virus corona (Covid-19) telah membuat jutaan orang kehilangan pekerjaan dan banyak bisnis mengalami kebangkrutan.
Namun ternyata kesulitan yang ditimbulkan oleh pandemi ini, dianggap sebagai 'tambang emas' bagi sebagian orang.
Dikutip dari Russia Today, Rabu (16/12/2020), perusahaan bioteknologi Swiss Relief Therapeutics, saat ini berharap untuk bisa kembali menggunakan obat berusia dua dekade yang dikenal sebagai aviptadil atau RLF-100 untuk melawan Covid-19.
Harga saham Relief Therapeutics melonjak 40.000 persen pada tahun ini di bursa domestik.
Baca juga: Pakar: Main Saham di Trading Harian Sama Saja Judi, Bukan Investasi
Sebelum Covid-19 mulai mendatangkan malapetaka di seluruh dunia pada awal tahun 2020, obat tersebut telah diperdagangkan pada 0,001 franc Swiss per saham.
Sahamnya pun mencapai puncak bersejarah yakni diperdagangkan 0,8 franc Swiss per saham pada Agustus lalu.
Baca juga: Cukai Rokok Naik, Saham Emiten Rokok Tergerus, Asosiasi Bilang Banyak Pabrik Akan Bangkrut
Karena, perusahaan farmasi ini dan mitranya dari AS-Israel NeuroRx mengumumkan bahwa pasien Covid-19 yang kritis, telah pulih secara cepat dari kegagalan pernafasan, setelah tiga hari menjalani pengobatan menggunakan RLF- 100.
Minat investor memang sebagian berkurang sejak pandemi, namun saham perusahaan ini melonjak 400 kali lipat pada 2020.
Relief Therapeutics bukan satu-satunya perusahaan yang mengalami pertumbuhan eksponensial.
Saham perusahaan farmasi lainnya yang telah berlomba untuk mendapatkan vaksin Covid-19 pun turut naik, namun dengan kecepatan yang 'lebih lambat'.
Misalnya, saham pengembang vaksin asal Amerika Serikat (AS) Novavax yang melonjak lebih dari 3.000 persen pada tahun ini.
Angka ini melampaui pengembang vaksin AS lainnya, Moderna, yang naik lebih dari 700 persen.
Sementara itu, perusahaan bioteknologi Jerman BioNTech yang mengembangkan vaksin bersama dengan perusahaan farmasi AS Pfizer, sahamnya naik sebanyak 250 persen pada tahun ini.