Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Naiknya harga kedelai membuat para produsen tempe di kawasan Jabodetabek mogok produksi sejak awal tahun baru, tepatnya Jumat 1 Desember 2021.
Hal ini tentunya mempengaruhi pasokan tempe ke pasar tradisional di wilayah Jakarta maupun daerah penyangga ibu kota.
Seperti yang dialami seorang pedagang tempe bernama Kastera (54) yang biasa berjualan di Pasar Budi Darma, Kota Bambu Utara, Jakarta Barat.
Baca juga: Harga Kedelai Melambung, Pelaku Usaha Tempe di Ciputat Sepakat Naikkan Harga Jual Mulai Senin
Baca juga: Kampung Tempe Ciputat Kompak Mogok Produksi Tiga Hari Gara-gara Harga Kedelai Naik
Saat ditemui Tribunnews, ia mengaku saat ini pasokan tempe dan tahu cukup sulit, karena aksi mogok produksi yang dilakukan para produsen dua produk olahan kedelai tersebut.
"Susah sekarang, ini gara-gara kedelai naik, saya jadi susah dapat tempe dan tahu, ini adanya ya cuma oncom aja," ujar Kastera, kepada Tribunnews, Minggu (3/1/2021) pagi.
Ia mengaku tidak mendapatkan tempe dan tahu sejak Jumat lalu, padahal dua produk ini banyak diminati pembelinya.
"Ini udah 3 hari dari hari Jumat kosong, yang beli juga pada nanya tapi ya bagaimana, kosong di pabriknya," jelas Kastera.
Terkait harga, biasanya ia menjual tempe per papannya sebesar Rp 5.000, sedangkan dari produsen Rp 4.000.
Namun jika terdapat kenaikan harga, nantinya ia juga akan menyesuaikan harga tersebut.
"Ya saya jualnya Rp 5.000 sekarang, tapi kalau misalnya harga naik dari sananya (pabriknya), ya saya sesuaikan saja harganya," kata Kastera.
Kastera kemudian menyampaikan, dirinya telah memperoleh kabar dari pabrik yang biasa memasok tempe untuknya, bahwa para produsen itu akan mulai kembali beroperasi Senin besok.
"Tapi yang saya dengar itu besok (Senin) udah mulai produksi lagi pabriknya, jadi ya saya tunggu aja ini," pungkas Kastera.
Sebelumnya, harga kedelai naik dari Rp 7.200 per kg menjadi Rp 9.200 per kg dan memicu terjadinya mogok kerja produsen tempe.