Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom INDEF Bhima Yudhistira mengatakan melonjaknya harga kedelai yang berdampak pada kelangkaan tempe dan tahu di pasaran harus segera diantisipasi pemerintah.
Ia menyatakan, Kementerian Perdagangan harus segera mengamankan pasokan impor komoditas kedelai agar pasokan dan harga di pasar stabil.
Menurutnya, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi bisa melakukan perjanjian bilateral dengan negara pengekspor kedelai yang biasa memasok komoditas ini ke Indonesia.
"Sebaiknya pemerintah harus segera bertindak untuk mengamankan pasokan kedelai impor. Menteri Perdagangan kan bisa kontak negara produsen kedelai untuk buat perjanjian secara bilateral," ujar Bhima, kepada Tribunnews, Minggu (3/1/2021).
Baca juga: Harga Kedelai Naik, Tempe Langka di Pasaran, Ini Kata Indef
Selain itu, barter juga bisa menjadi salah satu cara yang dipilih untuk mengantisipasi kelangkaan.
Seperti melakukan pertukaran antara kedelai dengan sawit yang menjadi komoditas andalan ekspor Indonesia.
Baca juga: Harga Kedelai Naik, Pedagang: Besok Tempe Mulai Ada Lagi, tapi Mungkin Ukurannya Dikurangi
"Bisa juga lakukan swap misalnya sawit ditukar dengan kedelai, seperti dulu pernah ada barter antara sawit dan suku cadang pesawat," jelas Bhima.
Pemerintah, kata dia, juga harus memastikan tidak ada permainan kartel terkait komoditas ini.
"Selanjutnya pemerintah harus memastikan tata niaga kedelai di dalam negeri tidak ada permainan untuk spekulasi harga atau menahan pasokan di pasar," kata Bhima.
Bhima menilai kenaikan harga kedelai berdampak buruk pada masyarakat kelas menengah ke bawah.
Dampak buruk ini tidak hanya akan dirasakan pelaku usaha yang memanfaatkan tahu dan tempe sebagai bahan baku produk mereka, namun juga masyarakat yang biasa mengkonsumsi produk hasil fermentasi itu.
"Kenaikan harga bahan baku tempe tahu tentu akan memukul kelas menengah ke bawah," papar Bhima.
Perlu diketahui, tempe dan tahu merupakan produk olahan kedelai kaya protein.