Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo akan fokus melipatgandakan produksi kedelai dalam negeri.
Program terobosan peningkatan produksi kedelai telah disiapkan dan dipastikan secara penuh diimplemensikan di tingkat lapangan dalam 200 hari ini.
"Masalah kedelai yang ada saat ini adalah kontraksi global. Kami menyikapinya dengan menyiapkan langkah kongkret mendorong petani untuk meningkatkan produksi. Program aksi nyatanya kami susun, tapi bagi kami yang terpenting bagaimana dapat diimplementasikan di lapangan. Ini yang akan kita pastikan," tutur Syahrul melalui keterangan resmi, Senin (4/1/2021).
Baca juga: Tekan Impor Kedelai, Pemerintah Perlu Dorong Produktivitas dan Perluasan Lahan
Baca juga: Harga Kedelai Melambung, Kementerian Pertanian Bakal Genjot Produksi Kedelai Lokal
Harga kedelai saat ini sebesar Rp 9.300 per-kilogram, sebelumnya berkisar Rp 7.200 per-kilogram.
Tahun 2021 ini digelontorkan bantuan pengembangan kedelai di Provinsi Sulawesi Utara seluas 9.000 ha, Sulawesi Barat 30.000 ha dan Sulawesi Selatan 9.000 ha.
Peningkatan produksi kedelai dalam negeri yang berdaya bersaing baik kualitas maupun harganya merupakan program prioritas pembangunan pertanian.
Program kongkretnya yakni melalui perluasan areal tanam dan meningkatkan pelibatan integrator, unit-unit kerja Kementan dan pemerintah daerah.
"Dengan langkah cepat dari Kementan bersama berbagai integtator dan pengembang kedelai yang ada kita lipatgandakan dengan kekuatan. Kita bergerak cepat, sehingga produksi kedelai dalam negeri meningkat," imbuh Mentan.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi menegaskan langkah nyata yang diimplementasi Kementan guna produksi produksi kedelai 2021 di antaranya percepatan budidaya di klaster-klaster dengan integrator.
"Membangun kemitraan hilirisasi dan pasar industri tahu tempe dengan petani di Jateng 15.000 ha, Jabar 15.000 ha, Jatim 15.000 ha, NTB 4.000 ha dengan dukungan KUR dan akses kepada offtaker," ungkap Suwandi.
Peningkatan produktivitas akan terus dikembangkan melalui kerjasama dengan Badan Litbang Pertanian.
Adapun rata rata produktivitas kedelai saat ini 1,5 ton/ha dan harus ditingkatkan menjadi 2 ton/ha melalui riset benih unggul dan teknologi budi daya.
"Perlu juga pengendalian impor melalui kebijakan dari non lartas menjadi lartas dan mewajibkan setiap importir kedelai bermitra dengan petani sekaligus menyerap produksi kedelai lokal dengan harga yang ditetapkan," tambah Suwandi.