News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Saatnya bagi Industri Ekonomi Kreatif dan Pariwisata Menyusun Sustainability Report

Penulis: Malvyandie Haryadi
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menparekraf Sandiaga Uno saat berdialog dengan pelaku usaha Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Danau Toba di Ballroom Niagara Hotel, Parapat, Toba, Sumatera Utara, Rabu (30/12/2020).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Malvyandie

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di era pandemi Covid-19, muncul tren baru yakni pengungkapan perusahaan terkait environmental, social and governance (ESG).

Ahmad Deni Daruri, Founder Bumi Global Karbon (BGK) mengatakan, menurut UBS Indonesia, fokus investor dan global akan meningkat dengan mempertimbangkan poin ESG, sebagai akibat dari pandemi.

"Salah satu media pengungkapan ESG yang digunakan perusahaan adalah laporan keberlanjutan atau sustainability report (SR)," kata Deni dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (7/1/2021).

Baca juga: Kebangkitan Pariwisata Tahun 2021, GIPI: Sandiaga Gerak Cepat, Kita Kolaborasi

Di Indonesia, lanjut Deni, inisiatif terkait ESG sudah mulai bermunculan.

"Kami mengapresiasi inisiatif dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno terkait perubahan fokus pengembangan sektor Parekraf di masa mendatang. Yang semula kuantitas menjadi peningkatan kualitas dengan pariwisata berkelanjutan," ungkapnya.

Baca juga: Menkes akan Bantu Sandiaga Susun Protokol Kesehatan untuk Pariwisata

Kata dia, inisiatif ini sejalan dengan tren global dan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).

"Untuk mendukung inisiatif tersebut, kami mengusulkan langkah awal secara terukur, akurat, kredibel dan objektif yaitu berupa penyusunan SR untuk industri ekonomi kreatif dan pariwisata," ungkap Deni.  

Diharapkan, berbagai industri ekonomi kreatif dan pariwisata seperti hotel, restauran, tempat wisata dan sebagainya dapat menyusun SR mereka masing-masing. Di Asia, Hotel Banyan Tree dan Resort Singapura, The Farglory Hotel Taiwan  dan masih banyak perhotelan lainnya telah menerbitkan SR.

"Ini saatnya bagi Indonesia untuk memulai penyusunan SR khususnya bagi industri ekonomi kreatif dan pariwisata," lanjutnya.

Menurut Deni, SR minimal mengulas topik emisi gas rumah kaca  (SDGs 3, 12, 13, 14, dan 15), penggunaan energi  (SDGs 7, 8, 12 dan 13), konsumsi air  (SDGs 6), kebijakan anti korupsi (SDGs 16), nilai ekonomi langsung yang didistribusikan  (SDGs 8 dan 9), investasi infrastruktur  (SDGs 5, 9 dan 11), pendekatan terhadap pajak  (SDGs 1, 10 dan 17), perekrutan karyawan (SDGs 5, 8 dan 10), pelatihan karyawan  (SDGs 4, 5, 8 dan 10), masyarakat lokal  (SDGs 2), serta penanganan pandemi dipraktikkan dalam kegiatan usaha (SDG 3).

Topik–topik di atas telah mencakup 23 standar GRI utama, 85 indikator standar GRI dan 37 sub indikator standar GRI. Standar GRI merupakan standar pelaporan keberlanjutan yang digunakan hampir 80% perusahaan di dunia yang dikeluarkan oleh Global Reporting Initiative (GRI).

Bumi Global Karbon, lanjutnya, sedang mendorong kerja sama dengan Pemkab Banyuwangi, terkait penyusunan SR untuk industri pariwisata. Di antaranya adalah SR perhotelan.

Menurut Deni, penyusunan laporan ini memiliki banyak manfaat seperti SR dapat menjadi informasi publik atas kinerja industri, meningkatkan daya tarik wisata secara global, meningkatkan  kepercayaan dan image (branding), terukurnya emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari kegiatan usaha sehingga dapat menyusun strategi ke depan untuk menghadapi perubahan iklim.

"Dengan begitu tiap industri ekonomi kreatif dan pariwisata dapat mengetahui kontribusi mereka dalam mendukung pencapaian SDGs nasional secara terukur, akurat, kredibel dan objektif," pungkas Deni.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini