Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Produsen pesawat terbang Boeing Inc. akan membayar sekitar 2,5 miliar dolar Amerika Serikat (AS) untuk menyelesaikan tuduhan kriminal terkait dua kecelakaan mematikan yang melibatkan pesawat 737 MAX-nya.
Boeing setuju menyerahkan sebagian kecil dari pendapatan tahunan mereka karena Departemen Kehakiman AS menuduh mereka melakukan 'konspirasi penipuan'.
"Kecelakaan tragis Lion Air Penerbangan 610 dan Ethiopian Airlines Penerbangan 302 mengungkap perilaku 'curang dan menipu' yang dilakukan karyawan salah satu produsen pesawat komersial terkemuka dunia," kata Penjabat Asisten Jaksa Agung AS David Burns dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis waktu setempat.
Burns menilai ada unsur kesengajaan yang dilakukan karyawan perusahaan itu, karena menutupi informasi demi mendapatkan keuntungan dan sisi aman dari pantauan Federal Aviation Administration (FAA).
Baca juga: Boeing 737 Max Kembali Mengudara di Langit AS
"Karyawan Boeing memilih jalur keuntungan daripada keterusterangan dengan menyembunyikan informasi material dari Federal Aviation Administration mengenai pengoperasian pesawat 737 Max dan terlibat dalam upaya untuk menutupi penipuan mereka," jelas Burns.
Baca juga: Mesin Bermasalah, Maskapai Air Canada Paksa Boeing 733-8 Max Mendarat
Dikutip dari laman Russia Today, Jumat (8/1/2021), Departemen tersebut mengatakan penyelesaian besar-besaran akan mencakup hukuman pidana senilai 243,6 juta Dolar AS, kemudian pembayaran sebesar 1,77 miliar dolar AS kepada pembeli 737 MAX.
Serta kontribusi yang lebih kecil yakni 500 juta dolar AS untuk dana penerima manfaat korban kecelakaan, ini merupakan kompensasi bagi keluarga penumpang yang tewas dalam dua kecelakaan tersebut.
Perusahaan juga didakwa melakukan konspirasi untuk menipu Amerika Serikat (AS).
Burns mengatakan, Boeing mengaku menipu monitor FAA tentang komponen utama pesawat yang 'mempengaruhi sistem kontrol penerbangan Boeing 737 MAX' dan akhirnya memicu kecelakaan tersebut.
Jaksa Penuntut AS untuk Distrik Utara Texas Erin Nealy Cox menyebutkan sejumlah kesalahan yang dilakukan raksasa dirgantara AS itu.
"Pernyataan yang menyesatkan, sebagian ditutupi, dan kelalaian yang dikomunikasikan oleh karyawan Boeing kepada FAA menghalangi kemampuan pemerintah untuk memastikan keselamatan mereka yang terbang," kata Cox.
Sebelumnya ada dua kecelakaan fatal yang melibatkan Boeing 737 MAX, yakni pesawat yang dioperasikan Lion Air pada tahun 2018 dan pesawat yang dimiliki Ethiopian Airlines satu tahun kemudian.
Dua kecelakaan itu menewaskan total 346 orang, keduanya terkait dengan adanya kerusakan pada sistem kontrol penerbangan pesawat.