Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri mengatakan penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia karut marut bila melihat dari ekonomi politik.
“Persoalan penanganan pandemi di Indonesia itu luar biasa, yang bikin rusak tidak dilihat dari segi ekonomi, tapi ekonomi politiknya,” kata Faisal dalam webinar bedah buku Ekonomi Politik Pijakan Teoritis dan Kajian Empiris, Senin (18/1/2021).
Dia mempertanyakan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang paling terdampak serta paling mendominasi di dalam perekonomian Indonesia justru tidak mendapatkan perhatian lebih.
Baca juga: Pandemi COVID-19, TDA Gelar Pesta Wirausaha Virtual 22-23 Januari 2021
“Mengapa UMKM yang jumlahnya 99 persen tapi dana kantor Pak Teten hanya RP2 triliun barangkali tidak sampai. Mengapa pentingnya riset tetapi anggaran untuk itu diturunkan pada tahun 2020,” ucap Faisal.
Lebih lanjut dia juga menegaskan program pemerintah menyongsong era industri 4.0 tidak sejalan dengan realitas.
“Mengapa kita bicara industri 4.0 tapi acara online ini banyak gangguan? karena infrsatutkur telekonomuniokasi kita masih amburadul,” lugas dia.
Penanganan pandemi yang buruk dilihat dari segi ekonomi politik ini bahkan lebih terlihat di sektor energi.
Baca juga: Jokowi: Vaksinasi adalah Game Changer dalam Pengendalian Pandemi
“Belum lagi terkait ekonomi poitik batubara. Di negara-negara lain pembangkit listrik batu bara akan ditutup di Indonesia malah akan terus dibangun. (Proyek PLTU) Jawa 9 dan Jawa 10 itu semua pakai batubara,” terangnya lagi.
Menurutnya, perangkat ekonomi tidak bisa menjawab itu tapi ekonomi politik mulai memperlihatkan struktur kekuasaan.