TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah dalam hal ini Kementerian Riset dan Teknologi BRIN mendorong industrialisasi baterai lithium untuk kendaraan berbasis listrik.
Menristek Bambang Brodjonegoro menuturkan Indonesia seharusnya bisa menjadi pemain pasar produsen baterai listrik karena pasokan bijih nikel yang melimpah.
"Baterai Lithium merupakan sektor yang perlu kita dorong di mana pemanfaatannya dapat diaplikasikan dalam kendaraan listrik maupun sistem penyimpanan energi untuk pembangkit listrik energi terbarukan," kata Menteri Bambang dalam webinar Sabtu (6/2/2021).
Menurutnya, sepanjang 2019 Indonesia menjadi produsen bijih nikel terbesar di dunia dengan menghasilkan 800 ribu ton bijih nikel per tahun.
Menristek menuturkan hal ini menjadi peluang indonesia menciptakan pabrik baterai di mana bijih nikel merupakan komponen utama dalam baterai lithium.
"Hal tersebut diharapkan juga dapat mengurangi ketergantungan impor serta menciptakan kemandirian energi sehingga dapat bersaing dengan bangsa lain," urainya.
Baca juga: Luhut: 2023 Indonesia Mulai Bisa Produksi Baterai Lithium
Kemenristek BRIN sudah mengembangkan beberapa produk inovasi pengaplikasian baterai lithium yang di antaranya adalah fast charger, baterai fast charging, daur ulang baterai, material baterai, hingga pengembangan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB).
Pemerintah pun berupaya terus mendorong produk-produk inovasi tersebut melalui beberapa kebijakan antara lain peningkatan penggunaan tingkat komponen dalam negeri (TKDN).
Selain itu juga ada insentif pajak super tax deduction yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 153/PMK.010/2020 tentang Pemberian Pengurangan Penghasilan Bruto atas Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Tertentu Di Indonesia.
"PMK 153 mestinya bisa meningkat peningkatan inovasi khususnya pengembangan kendaraan listrik," harapnya.