Ada pula responden yang menganggap kebijakan ini bisa menambah kemacetan dan berisiko terhadap adanya kerusakan lingkungan karena polusi bertambah.
Tak sedikit juga mereka menilai kebijakan ini elitis dan diskriminasi.
"Buat yang kontra atas kebijakan itu, sebanyak 61 persen ini berpendapat kebijakan ini berisiko, 28 persen mempermasalahkan dampak terhadap lingkungannya dan 11 persen menganggap ini kebijakan elitis dan diskriminatif," ucap Omar.
Data survey juga menunjukkan jika respon positif tersebut berasal dari konsumen di kota-kota besar seperti Jabodetabek, Surabaya, Yogyakarta, Semarang dan lain-lain.
Ada pun yang memberikan sentimen negatif terhadap kebijakan ini lebih banyak berasal dari daerah-daerah non kota besar seperti Magelang, Kebumen, Cilacap dan lain-lain.
"Konsumen di kota-kota besar lebih menyambut positif dibandingkan dengan konsumen kota-kota kecil," tutur Omar.
Melihat sambutan baik dari masyarakat atas kebijakan tersebut seperti tergambar dalam survey di atas, bisa muncul gambaran jika masyarakat sebagian besar bisa menerima kebijakan tersebut.