News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Jika Sentimen Negatif Berlanjut, Tren Pelemahan IHSG Akan Tembus 4 Hari Berturut-turut

Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengunjung melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (30/12/2020). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jika sentimen negatif berlanjut pada perdagangan Kamis besok, pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan jadi 4 hari berturut-turut setelah Senin hingga Rabu pekan ini ditutup di zona merah.

Kepala Riset PT Reliance Sekuritas Lanjar Nafi mengatakan, IHSG secara teknikal masih akan bergerak tertekan dengan percobaan rebound jangka pendek dengan support resistance 6.111 hingga 6.216. 

Menurutnya, secara teknikal IHSG break out support MA50 dan bullish trend line sehingga memberikan signal yang cukup psimis. 

Baca juga: Analis: IHSG Masih Berpeluang Tertekan

"IHSG keluar dari trend positif jangka menengah dan berbalik menegaskan pembentukan bearish trendline. Momentum indikator RSI dan pergerakan stochastic berbalik melemah menuju oversold," ujar dia melalui risetnya, Rabu (24/3/2021). 

Baca juga: Bursa Eropa dan Asia Kompak Melemah, Apa yang Harus Dilakukan Investor?

Sementara, IHSG pada perdagangan hari ini ditutup minus 1,54 persen atau turun 96,57 poin ke level 6.156,14 dengan saham-saham di sektor pertambangan minus 3,16 persen dan pertanian minus 2,36 persen yang alami pelemahan terdalam. 

Baca juga: Investor Pemula Perlu Kenali Dulu Makna Berinvestasi di Saham Agar Tak Terjebak Jadi Spekulan

Lanjar menjelaskan, sentimen negatif terhadap melemahnya IHSG yakni penurunan mayoritas indeks saham Asia Pasifik yang terdalam selama dua minggu terakhir. 

Momentum opimisme investor akan pemulihan ekonomi global yang lebih cepat seakan terhalang beberapa negara yang melakukan rencana penutupan area atau lockdown. 

"Lockdown sebagai upaya menahan laju pertumbuhan kasus penularan yang tinggi saat ini di Eropa," pungkas Lanjar.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini