News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Dubes Indonesia untuk Jepang: Faktor Non Perdagangan Harus Jadi Perhitungan

Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Duta Besar Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi dalam acara Dialog Gerakan Ekspor Nasional: Target Ekspor Negara Sahabat yang digelar Tribun Network, Selasa (6/4/2021).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Duta Besar Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi mengatakan, faktor lingkungan dan kaitannya dengan sertifikasi menjadi penting dalam perdagangan Indonesia dan Jepang.

Heri menjelaskan, faktor non perdagangan itu yang mesti jadi catatan bagi pemerintah dalam memperhitungkan potensi ekspor ke Negeri Sakura.

"Saya menggarisbawahi bahwa dalam perdagangan dunia memang faktor-faktor non perdagangan harus jadi perhitungan kita.

Faktor lingkungan yang dikaitkan tracing dan sertifikasi dari produk menjadi sangat penting," ujarnya secara virtual dalam acara "Dialog Gerakan Ekspor Nasional: Target Ekspor Negara Sahabat" yang digelar Tribun Network, Selasa (6/4/2021).

Baca juga: Dradjad Wibowo Sebut Strategi Perdagangan Indonesia Masih Lemah Terkait Isu Lingkungan Hidup dan HAM

Dia menyampaikan, bahwa produk pulp and paper Indonesia di Jepang ada sedikit masalah karena upaya beberapa organisasi untuk menolak sertifikasi.

"Kadang berbagai macam sertifikasi saling tabrakan, sehingga merepotkan kita di sini.

Di sisi lain kita masih bertahan untuk sertifikasi palm oil kita, masih ada waktu diundur hingga 6 bulan, ISPO kita didesak bergeser ke RSPO di sini, ini satu contoh," kata Heri.

Baca juga: Ketua DPD RI Minta Dana Pinjaman Kebencanaan dari Jepang Dikelola Profesional

Selain itu, yang penting dan berpengaruh di Jepang juga yakni isu keberlanjutan atau sustainable development goals (SDG).

"Dimana-mana pejabat Jepang itu pakai pin SDG, SDG di Jepang terutama terkait SDG yakni pencanangan zero carbon emission pada 2050.

Ini mulai membatasi impor batu bara dan migas, memengaruhi perdagangan kita," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini